TAKSONOMI HEWAN INVERTEBRATA
DI PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN
Disusun Oleh :
1. Wendra Syehrofi (080210193008)
2. Dwi Cahyani (080210193026)
3. Dwi Pratiwi (080210193029)
4. Ivadatul Umami (080210193037)
5. Kedawung Senja (080210193047)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan di daerah tropika merupakan kajian menarik dan memiliki kelebihan-kelebihan bila dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah tropika perubahan musiman tidak terjadi secara ekstrim dan pada umumnya sebagian besar flora dan fauna tetap hidup sepanjang tahun. Di sisi lain Taman Nasional Baluran (TNB) yang memiliki luas sekitar 25.000 Ha merupakan salah satu kawasan Taman Nasional yang sangat menarik. TNB selain berfungsi sebagai tempat penelitian juga berfungsi sebagai tempat rekreasi selain tentunya sebagai daerah penyangga dan daerah konservasi keanekaraagaman genetik.
Pantai Bama TNB menyimpan berbagai keanekaragaman plasma nutfah hewan-hewan Invertebrata laut. Hampir sebagian besar kelompok Invertebarata terdapat di tempat ini. Mulai dari Phylum Porifera, Coelenterata, Mollusca, Arthropoda, dan Echinodermata.
Laporan study lingkungan ini berusaha mendeskripsikan tentang keanekaragaman Hewan Invertebrata dengan tema Taksonomi Hewan Invertebrata Di Pantai Bama Taman Nasional Baluran.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mahasiswa dapat mendiskripsi dan menginventarisasi kelompok hewan Invertebrata yang terdapat di zona Intertidal pantai Bama
1.2.2 Mahasiswa dapat mendiskripsi dan menginventarisasi kelompok hewan Invertebrata laut melalui observasi Iangsung.
1.2.3 Melalui observasi, deskripsi dan inventarisasi, mahasiswa dapat menentukan karakter penting pada masing-masing hewan yang diketemukan untuk kemudian mencocokan dengan klasifikasi yang ada.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan bisa dicapai dari study lapangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.3.1 Bagi Penulis
Penulis sebagai peserta study lapangan bisa menambah pengetahuan tentang keanekaragaman dan Taksonomi Hewan Invertebrata Di Pantai Bama Taman Nasional Baluran.
1.3.2 Bagi masyarakat
Agar masyarakat memperoleh informasi dan manfaat tentang Taksonomi Hewan Invertebrata Di Pantai Bama Taman Nasional Baluran.
1.3.3 Bagi Pemerintah
1.3.3.1 Sebagai referensi untuk lebih memperhatikan dan memelihara lingkungan dengan melalui pengolahan air limbah.
1.3.3.2 Sebagai acuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan, terutama sterilisasi air limbah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi Hewan Invertebrata
Untuk mempelajari bermacam-macam organisasi yang hidup diperlukan pengertian tentang sistem klasifikasi. Hewan-hewan yang dikenal dibeda-bedakan antara satu organisme dengan organisme yang lainnya. Dasar pembeda dapat meliputi bentu, warna, bau, rasa, sifat beracun atau tidak. Pada Animalia meliputi invertebrata (hewan tidak bertulang belakang) dan vertebrata (hewan bertulang belakang).
Hewan Invertebrata merupakan golongan hewan yang tidak mempunyai tulang belakang. Hewan ini terdiri atas beberapa phylum antara lain:
1. Phylum Porifera
Porifera, porus = lubang kecil (pori) dan ferre = mempunyai. Jadi, Porifera dapat diartikan hewan yang memiliki pori pada struktur tubuhnya. Tubuh porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler yaitu tersusun atas sel-sel yang cenderung bekerja sendiri. Belum ada koordinasi antara sel satu dengan sel lainnya. Porifera termasuk hewan diploblastik karena tubuh hewan ini terdiri dari sua lapis sel. Sel-sel yang melapisi bagian luar tubuh disebut sel epithellum dermal (dermal amoebosit), sedangkan sel-sel bagian dalam tubuh yang melapisi spongocoel terdiri atas sel-sel bersilia yang disebut sel leher atau choanosit. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat zat antara yang tersusun dari vahan gelatin yang disebut mesenkim.
Porifera merupakan hewan bersel banyak (metazoa) yang paling sederhana. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dangkal, sampai kedalaman 3,5 meter, dan hanya satu suku (familia) yang hidup di habitat air tawar yaitu Spongilidae. Porifera mempunyai bentuk tubuh menyerupai vas bunga atau piala dan melekat pada dasar perairan. Tubuhnya terdiri dari dua lapisan sel (diploblastik) dengan lapisan luar (epidermis) tersusun atas sel-sel berbentuk pipih, disebut pinakosit. Pada epidermis terdapat porus/lubang kecil disebut ostia yang dihubungkan oleh saluran ke rongga tubuh (spongocoel). Sedangkan lapisan dalam tersusun atas sel-sel berleher dan berflagel disebut koanosit yang berfungsi untuk mencernakan makanan.
Diantara epidermis dan koanosit terdapat lapisan tengah berupa bahan kental yang disebut mesoglea atau mesenkim. Di dalam mesoglea terdapat beberapa jenis sel, yaitu sel amubosit, sel skleroblas, sel arkheosit.
Sel amubosit atau amuboid yang berfungsi untuk mengambil makanan yang telah dicerna di dalam koanosit. Sel skleroblas berfungsi membentuk duri (spikula) atau spongin. Spikula terbuat dari kalsium karbonat atau silikat. Spongin tersusun dari serabut-serabut spongin yang lunak, berongga seperti spon.
Sedangkan sel arkheosit berfungsi sebagai sel reproduktif, misalnya pembentuk tunas, pembentukan gamet, pembentukan bagian-bagian yang rusak dan regenerasi.
Karakteristik porifera
Ciri-ciri umum Porifera adalah sebagai berikut:
Tubuhnya asimetris maupun simetris, berbentuk radial simestris
Tubuhnya terdiri dari 2 lapisan sel (dipoblastik), sel-selnya tersusun sebagai jaringan yang belum sempurna dengan mesenkim di antaranya
Tubuh berpori, mikroskopik, pori-pori disebut ostia, yang mempunyai saluran dalam rongga tubuh pada ujung bebas terdapat oskulum.
Sebagian atau seluruh bagian dalam tubuh merupakan sel-sel koanosit (suatu sel yang berflagel)
Porifera belum mempunyai organ, simetri tubuh, sel-sel pengindra, sel saraf, saluran pencernaan., jaringan saraf maupun mulut.
Porifera hidup secara heterotof.Makananya adalah bakteri dan plankton.Pencernaan dilakukan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit.
Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut.
Mereka mempunyai daya regenerasi yang tinggi, artinya mampu menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang (rusak).
Hidupnya melekatkan diri pada suatu dasar.
Hidup di air tawar.
Morfologi tubuhnya biasanya menyerupai tumbuhan seperti piala atau seperti vas bunga.
Reproduksi Porifera
Proses reproduksi berlangsung dengan dua cara, yaitu:
1. Vegetatif (aseksual), yaitu dengan cara:
• Membentuk kuncup
• Membentuk butir gemmule
2. Sexual
Generatif (seksual) terjadi dalam tubuh itu sendiri, karena di tempat itu telah terdapat ovum dan spermatozoid.
Struktur Tubuh Porifera
System pencernaan Porifera
Berdasarkan atas kerangka tubuh (sifat skeletonnya) atau spikulanya, Porifera dibagi menjadi tiga kelas.
1. Kelas Calcarea, kerangka tubuh berupa spikula seperti duri-duri kecil dari Kalsium Karbonat, skeleton terdiri dari spikula zat kapur (CaCO3). Misalnya Scypa, Grantia, Leucosolenia botrioides, Sycon ciliatum, Clathrina sp.
2. Kelas Hexatinellida, kerangka tubuh berupa spikula yang mengandung Silikat atau Kersik (SiO2). Bentuk tubuh umumnya berbentuk silinder atau corong. Misalnya Euplectella aspergilium, Phenorem sp.
3. Kelas Demospongia, kerangka tubuh terbuat dari spongin saja, atau campuran spongin dan zat kersik. Misalnya Euspongia sp dan Spongilla sp. Demospongia dibagi menjadi dua ordo:
a. Ordo Tetraxonida
Termasuk dalam famili Desmacidonidae. Sponge tegak, bercabang-cabang, dan kadang-kadang beranastomose. Bentuknya bermacam-macam, padat (massife), berbentuk tabung, dan sistem kanalnya kompleks. Contoh: Microciona sp.
b. Ordo Keratosa
Sponge ini terdiri dari serabut spongin dari zat tanduk, termasuk famili Spongiidae, tubuhnya pipih massif, membentuk “jala kecil” yang sering terdapat pasir atau benda asing lainnya, dan tipe kanalnya leucon. contohnya Euspongia sp.
Tipe Tubuh Porifera
Berdasarkan sistem saluran air (susunan kanal) yang terdapat pada Porifera, hewan ini dibedakan atas tiga tipe tubuh, yaitu tipe Ascon, tipe Sycon dan tipe Rhagon.
1. Tipe Ascon
Tipe Ascon merupakan tipe Porifera yang mempunyai sistem saluran air sederhana. Air masuk melalui pori yang pendek (prosopil), lurus ke spongocoel (rongga tubuh) lalu keluar melalui oskulum. Contoh tipe Ascon misalnya Leucoslenia.
2. Tipe Sycon
Tipe Sycon merupakan Porifera yang mempunyai dua tipe saluran air, tetapi hanya radialnya yang mempunyai koanosit. Air masuk melalui pori → ke saluran radial yang berdinding koanosit → spongocoel → keluar melalui oskulum, misalnya Scypha.
3. Tipe Rhagon (Leucon)
Tipe Rhagon merupakan Porifera dengan tipe saluran air yang paling kompleks/rumit. Porifera ini mempunyai lapisan masoglea yang tebal dengan sistem saluran air bercabang-cabang. Koanosit dibatasi oleh suatu rongga yang bersilia berbentuk bulat. Misalnya Euspongia dan Spongida.
Air masuk melalui pori → saluran radial yang bercabang-cabang → keluar melalui oskulum.
2. Phylum Coelentarata
Coelenterata berasal dari Bahasa Yunani (koilos + enteron = usus). Jadi Coelenterata adalah hewan yang mempunyai rongga yang berfungsi sama dengan usus pada vertebrta tingkat tinggi yaitu rongga gastrovaskuler. Coelentarata merupakan golongan hewan diploblastik, karena tubuhnya secara essensial hanya tersusun atas dua lapisan sel, yaitu ektodermis (epidermis) dan gastrodermis (endodermis). Diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan non seluler disebut mesoglea, dan pada lapisan ini tersebar sel-sel saraf. Pada lapisan ektodermis terdapat sel knidoblast. Di dalam knidoblast terdapat nematokist (paling banyak pada tentakel) yaitu alat yang berfungsi untuk melumpuhkan dan mempertahankan diri dari musuhnya, disebut juga alat penyengat.
Coelenterata berasal dari kata Yunani yaitu koilos dan enteron = usus. Coelenterata adalah hewan yang mempunyai rongga yang berfungsi sma seperti usus pada vertebrata tinggi yaitu rongga gastrovaskuler. Dinding tubuhnya secara essensial hanya terdiri dari 2 jaringan, yaitu lapisan epidermis dan lapisan gastrodermis atau endodermis. Hampir semua Coelenterata hidup di laut tetapi beberapa di antaranya hidup di air tawar. Ada beberapa yang hidup bebas, tetapi beberapa terikat pada suatu objek.
Ciri-ciri umum dari hewan ini adalah:
1. Bentuk tubuh biasanya simetri radial.
2. Tubuh bersel banyak dan bentuknya simetris radial.
3. Tidak memiliki kepala, pangkal tubuh berbentuk cakram, lubang mulut dikelilingi tentakel.
4. Coelenterata belum memiliki alat peredaran darah, pernafasan dan ekskresi
5. Sifat jenisnya hermaprodit.
6. Bentuk Tubuh Coelentarat.
7. Setiap hewan Coelentarata mempunyai rongga gastrovaskuler. Rongga gastrovaskuler Coelentarata bercabang-cabang yang dipisahkan oleh septum/penyekat dan belum mempunyai anus.
8. Tubuh tidak bersegmen, diploblastik.
9. Rongga tubuh berfungsi sebagai alat pernafasan.
10. Rangka disusun oleh zat kapur atau zat tanduk.
11. Habitat umumnya dilaut, tetapi ada juga yang di air tawar.
12. Hampir semua coelenterata hidup di laut, tetapi beberapa diantaranya hidup di air tawar. Ada beberapa hidup bebas, tetapi beberapa terikat pada suatu obyek.
13. Mempunyai 2 bentuk stadium / fase hidup, yaitu:
a. Stadium Polip
Adalah bentuk kehidupan Coelentarata yang menempel pada tempat hidupnya (hidup melekat pada suatu subtrat pada bagian basal dan bagian distalnya bebas). Tubuh berbentuk silindris, bagian proximal melekat dan bagian distal mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel. Polip yang membentuk koloni memiliki beberapa macam bentuk (polimorfisme). Misalnya yang berbeda fungsinya yakni ada polip untuk pembiakan yang menghasilkan medusa (gonozoid) dan polip untuk makan yakni gastrozoid.
b. Medusa
Adalah bentuk ubur-ubur seperti payung/parasut atau seperti lonceng yang dapat berenang bebas, terapung dalam air.
14. Reproduksi atau perkembangbiakan dapat dilakukan secara aseksual dengan membentuk tunas pada polip dan seksual dan penyatuan spermatozoa dan sel telur pada bagia medusa.
Klasifikasi Coelentarata
Filum Coelentarata dibagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas Hydrozoa, Scyphozoa dan Anthozoa.
1. Kelas Hydrozoa
Kebanyakan hidup di laut dan berkoloni (berkelompok), kadang-kadang hidup soliter (terpisah), dan ada yang hidup di air tawar. Siklus hidup meliputi 2 bentuk, yaitu polip dan medusa. Rongga gastrovaskuler tidak dilengkapi dengan stomedium. Hydrozoa yang soliter mempunyai bentuk polip, sedangkan yang berkoloni dengan bentuk polip dominan dan beberapa jenis membentuk medusa. Contoh Hydra sp., Physalia pelagica, dan Obellia.
2. Kelas Scypozoa (Skyphos = cawan; zoon = binatang)
Scypozoa dikenal sebagai true medusa atau Jellyfish. Fase polip mereduksi, sedangkan fase medusa dominan dan berukuarn besar, terapaung atau melekat pada suatu objek. Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan, sehingga sering disebut ubur-ubur mangkuk. Umbrella pada tepinya ada incisura dan umumnya bagian tepi terbagi menjadi 8 lobi. Pada tiap incisura ada alat indera yang disebut tentaculosyt atau rhopalia.
Contoh hewan kelas ini adalah Aurellia aurita, berupa medusa berukuran garis tengah 7 – 10 mm, dengan pinggiran berlekuk-lekuk 8 buah. Hewan ini banyak terdapat di sepanjang pantai.
Seperti Obelia, Aurellia juga mengalami pergiliran keturunan seksual dan aseksual. Aurellia memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina.
Hasil pembuahan adalah zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Planula akan berenang dan menempel pada tempat yang sesuai. Setelah menempel, silia dilepaskan dan planula tumbuh menjadi polip muda disebut skifistoma. Skifistoma kemudian membentuk tunas-tunas lateral sehingga Aurellia tampak seperti tumpukan piring dan disebut strobilasi. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri dan menjadi medusa muda disebut Efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa.
Daur hidup Aurellia dapat diamati di bawah ini.
3. Kelas Anthozoa
Anthozoa berasal darikata Anthos = bunga, zoon = binatang. Anthozoa berarti hewan yang bentuknya seperti bunga atau hewan bunga. Hidup di laut, soliter atau berkoloni. Anggota kelas ini merupakan polip yang menetap dengan melekatkan diri pada substrat yang terdapat di dasar laut. Fase medusanya mereduksi. Bila dibandingkan, polip Anthozoa berbeda dengan polip pada Hydrozoa. Kelas Anthozoa meliputi Mawar Laut (Anemon Laut) dan Koral (Karang).
Contoh: Fungia sp. (kerang cendawan), Favites sp., Acropora sp., Tubipora musica, Galaxea sp., Atipathes sp. (akar bahar), Gorgonia sp.
3. Phylum Platyhelminthes
Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing) atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata. Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak, epidermis bersilia, tubuh simetri bilateral dan tidak memiliki rongga tubuh (acoelomata).
Ciri-ciri Phylum Platyhelminthes adalah:
1. Bilateral simetris: tubuhnya terdiri dari 3 lapisan yaitu: ectoderma, mesoderma, endoderma.
2. Hidup biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa.
3. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel.
4. Epidermis lunak dan bercillia.
5. Bersifat hemaprodit
6. Alat pencernaan masih merupakan sistem gastrovaskuler. Sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Contoh Platyhelmintes adalah Planaria. Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi ke bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
7. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan.
8. Sistem ekskresi pada cacing pipih terdiri atas dua saluran eksresi yang memanjang bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian dorsal (punggung). Kedua saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan berakhir pada sel-sel api (flame cell).
9. Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di bagian anterior tubuh. Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut saraf melintang dan dari masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf yang memanjang ke arah posterior. Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke seluruh tubuh.
Phylum Platyhelminthes (cacing pipih) dibedakan menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria, Trematoda dan Cestroda.
1. Kelas Turbellaria (cacing rambut getar)
Hewan dari kelas Turbellaria memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk rabdit (Yunani : rabdit = tongkat). Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau tempat lembab dan jarang sebagai parasit. Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 - 18 mm. Silia digunakan untuk bergerak. Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang. Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap. Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya. Contoh Turbellaria antara lain Planaria maculata dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari. Cacing yang memiliki rambut getar di bagian ventral. Cacing ini hidup parasit secara epizoik.
Contoh lain Turbellaria adalah Dugesia sp. Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut. Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam usus.
Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya. Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya. Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api. Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu. Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia.
Dugesia sp.
Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva. Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi.
2. Kelas Trematoda (cacing isap)
Hewan Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada ujung anterior terdapat mulut dengan alat penghisap yang dilengkapi kait. Tubuh dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 1cm serta simetris bilateral. Cacing yang memiliki kait (sucker) di mulutnya untuk menghisap makanan.
Trematoda termasuk hewan hemafrodit,dan sebagai parasit pada Vertebrata baik berupa ektoparasit (pada ikan) maupun sebagai endoparasit. Contoh hewan Trematoda adalah cacing hati atau Fasciola hepatica (parasit pada hati domba), Fasciola gigantica (parasit pada hati sapi) dan cacing hati parasit pada manusia (Chlonorchis sinensis) serta Schistosoma japonicum (cacing darah). Cacing ini bersifat parasit secara endozoik. Contoh: Fasciola hepatica.
3. Kelas Cestoda
Bentuk tubuh seperti pipa, (disebut sebagai cacing pita) bentuknya pipih panjang seperti pita, terdiri dari kepala (scolex) yang dilengkapi alat kait sebagai alat pelekat pada hospes. Bersegmen palsu (proglotid) dan bersifat parasit. Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid. Pada skoleks terdapat alat pengisap. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya. Di belakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium). Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing. Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja. Habitat hidupnya pada tubuh organisme lain seperti sapi dan babi. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus). Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna. Contoh: Taenia solium (cacing pita pada babi) dan Taenia saginata (cacing pita pada sapi).
4. Phylum Nemathelminthes
Nemathelminthes berasal dari kata Nemathos = benang; Helminthes = cacing. Jadi pengertian Nemathelminthes adalah cacing yang berbentuk benang atau gilig.
1. Tubuh berbentuk gilig atau seperti batang dan tidak bersegmen, mempunyai selom semu (pseudoselomata), tripoblastik. Permukaan tubuh dilapisi kutikula sehingga tampak mengkilat.
2. Saluran pencernaan sempurna mulai dari mulut sampai anus. Beberapa jenis diantaranya memiliki kait.
3. Sistem respirasi melalui permukaan tubuh secara difusi
4. Saluran peredaran darah tidak ada, tetapi cacing ini mempunyai cairan yang fungsinya menyerupai darah.
5. Sistem reproduksi: Alat kelamin terpisah, cacing betina lebih besar dari cacing jantan dan yang jantan mempunyai ujung berkait. Gonad berhubungan dengan saluran alat kelamin, dan telur dilapisi oleh kulit yang terbuat dari kitin. Hewan ini tidak berkembangbiak secara aseksual.
6. Habitat.
Sebagian besar hewan ini hidup bebas dalam air dan tanah, tetapi ada juga sebagai parasit dalam tanah, yakni merusak tanaman atau dalam saluran pencernaanVertebrata.
5. Phylum Annelida
Annelida berasal dari kata Annulus = cincin kecil. Artinya tubuh menyerupai cincin kecil atau ruas. Baiklah, silahkan Anda pelajari dulu ciri-ciri umum Annelida.
Sistem saraf terdiri dari ganglion otak dihubungkan dengan tali saraf yang memanjang sehingga berupa tangga tali. Alat eksresi disebut nephridium. Alat pencernaan makanan sempurna mulai dari mulut, saluran pencernaan dan anus. Mulut dilengkapi gigi kitin yang berada di ujung depan sedangkan anus berada di ujung belakang. Respirasi dengan menggunakan epidermis pada seluruh permukaan tubuh dan berlangsung secara difusi.
Sistem peredaran darah tertutup. Hewan ini bersifat hermafrodit dan memiliki klitelum sebagai alat kopulasi. Tempat hidup air tawar, air laut dan darat. Sebagian ada yang bersifat parasit (merugikan karena menempel pada inangnya).
1. Polychaeta
Polychaeta hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di daerah pasang surut air laut. Tubuh memanjang dan mempunyai segmen. Setiap segmen mempunyai parapodia dan setiap parapodia memiliki setae, kecuali pada segmen terakhir. Contoh cacing ini adalah:
1) Eunice viridis (cacing wawo)
2) Lysidice oele (cacing palolo)
3) Nereis virens (kelabang laut)
2. Olygochaeta
Sebagian besar hidup di air tawar atau di darat. Hermafrodit, tidak mempunyai parapodia dan terdapat beberapa setae pada pada setiap ruas. Contoh: Pheretima posthurna (cacing tanah – Asia) Lumbricus terrestris (cacing tanah – Eropa dan Amerika), Perichaeta (cacing hutan), Tubifex (cacing air).
6. Phylum Mollusca
Mollusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuh hewan ini tripoblastik, bilateral simetri, umumnya memiliki mantel yang dapat menghasilkan bahan cangkok berupa kalsium karbonat. Cangkok tersebut berfungsi sebagai rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat kapur misalnya kerang, tiram, siput sawah dan bekicot. Namun ada pula Mollusca yang tidak memiliki cangkok, seperti cumi-cumi, sotong, gurita atau siput telanjang. Mollusca memiliki struktur berotot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda untuk setiap kelasnya.
Cangkok kerang ini terdiri dari dua belahan, sedangkan cangkok siput berbentuk seperti kerucut yang melingkar. Perbedaan lainnya, kaki siput tipis dan rata. Fungsinya adalah untuk berjalan dengan cara kontraksi otot. Lain halnya dengan kerang yang mempunyai kaki seperti mata kapak yang dipergunakan untuk berjalan di lumpur atau pasir. Sementara itu cumi-cumi dan sotong tidak punya cangkok, kakinya terletak di bagian kepala yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Mollusca memiliki alat pencernaan sempurna mulai dari mulut yang mempunyai radula (lidah parut) sampai dengan anus terbuka di daerah rongga mantel. Di samping itu juga terdapat kelenjar pencernaan yang sudah berkembang baik. Peredaran darah terbuka ini terjadi pada semua kelas Mollusca kecuali kelas Cephalopoda.
Mollusca memiliki alat pencernaan sempurna mulai dari mulut yang mempunyai radula (lidah parut) sampai dengan anus terbuka di daerah rongga mantel. Di samping itu juga terdapat kelenjar pencernaan yang sudah berkembang baik. Peredaran darah terbuka ini terjadi pada semua kelas Mollusca kecuali kelas Cephalopoda.
Pernafasan dilakukan dengan menggunakan insang atau “paru-paru”, mantel atau oleh bagian epidermis. Alat ekskresi berupa ginjal. Sistem saraf terdiri atas tiga pasang ganglion yaitu ganglion cerebral, ganglion visceral dan ganglion pedal yang ketiganya dihubungkan oleh tali-tali saraf longitudinal. Alat reproduksi umumnya terpisah atau bersatu dan pembuahan internal atau eksternal.
Berdasarkan simetri tubuh, ciri kaki dan cangkoknya, Mollusca dibagi menjadi lima kelas, yaitu kelas Gastropoda, Cephalopoda, Bivalvia atau Pelecypoda, Amphineura dan kelas Scaphopoda.
1. Kelas Gastropoda
Gastropoda merupakan kelas Mollusca yang terbesar dan populer. Ada sekitar 50.000 jenis/spesies Gastropoda yang masih hidup dan 15.000 jenis yang telah menjadi fosil. Karena banyaknya jenis Gastropoda, maka hewan ini mudah ditemukan.
Sebagian besar Gastropoda mempunyai cangkok (rumah) dan berbentuk kerucut terpilin (spiral). Bentuk tubuhnya sesuai dengan bentuk cangkok. Padahal waktu larva, bentuk tubuhnya simetri bilateral. Namun ada pula Gastropoda yang tidak memiliki cangkok, sehingga sering disebut siput telanjang (vaginula). Hewan ini terdapat di laut dan ada pula yang hidup di darat.
Gaster artinya perut, dan podos artinya kaki. Jadi Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan perut yang dalam hal ini disebut kaki. Gerakan Gastropoda disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Pada waktu bergerak, kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas. Hewan ini dapat bergerak secara mengagumkan, yaitu memanjat ke pohon tinggi atau memanjat ke bagian pisau cukur tanpa teriris.
Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput air tawar (Lemnaea javanica), siput laut (Fissurella sp), dan siput perantara fasciolosis (Lemnaea trunculata).
2. Kelas Chepalopoda
Tubuh Cephalopoda dilindungi oleh cangkok, kecuali Nautillus. Contoh Cephalopoda adalah cumi-cumi (Loligo), sotong (Sepia) dan gurita (Octopus). Cephalopoda (cephale: kepala, podos: kaki) adalah Mollusca yang berkaki di kepala. Cumi-cumi dan sotong memiliki 10 tentakel yang terdiri dari 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih pendek.
Sistem pembuluh darah cumi-cumi adalah sistem pembuluh darah tertutup, jadi darah seluruhnya mengalir di dalam pembuluh darah. Hewan ini bernafas dengan insang yang terdapat di rongga mantel. Sedangkan ekskresi dilakukan dengan ginjal. Alat reproduksinya terpisah, masing-masing dengan gonad yang terletak dekat ujung rongga mantel.
3. Kelas Bivalvia atau Pelecypoda
Hewan Bivalvia bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya banyak mengandung zat kapur. Zat kapur ini digunakan untuk membuat cangkoknya.
Kerang yang hidup di laut dan remis yang hidup di air tawar adalah contoh kelas Bivalvia. Hewan Bivalvia bisa hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya banyak mengandung zat kapur. Zat kapur ini digunakan untuk membuat cangkoknya.
Hewan ini memiliki dua kutub (bi = dua, valve = kutub) yang dihubungkan oleh semacam engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini mempunyai dua cangkok yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkok ini berfungsi untuk melindungi tubuh. Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis. Kepalanya tidak nampak dan kakinya berotot. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir.
Kaki hewan ini berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan ke luar. Hal ini sesuai dengan arti Pelecypoda (pelekis = kapak kecil; podos = kaki). Kerang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang. Sementara itu antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel. Rongga ini merupakan jalan masuk keluarnya air.
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus. Perhatikan baik-baik, struktur dalam kerang air tawar pada gambar berikut. Hewan seperti kerang air tawar ini memiliki kelamin terpisah atau berumah dua. Umumnya pembuahan dilakukan secara eksternal.
Dalam kerang air tawar, sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium. Kemudian masuk ke dalam ruangan suprabranchial. Di sini terjadi pembuahan oleh sperma yang dilepaskan oleh hewan jantan. Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva glochidium. Larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan ada pula yang tidak. Selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel pada ikan sebagai parasit, lalu menjadi kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan membuka dan keluarlah Mollusca muda. Akhirnya Mollusca ini hidup bebas di alam.
4. Kelas Amphineura
Hewan Mollusca kelas Amphineura ini hidup di laut dekat pantai atau di pantai. Tubuhnya bilateral simetri, dengan kaki di bagian perut (ventral) memanjang. Ruang mantel dengan permukaan dorsal, tertutup oleh 8 papan berkapur, sedangkan permukaan lateral mengandung banyak insang.
Hewan ini bersifat hermafrodit (berkelamin dua), fertilisasi eksternal (pertemuan sel teur dan sperma terjadi di luar tubuh). Contohnya Cryptochiton sp atau kiton. Hewan ini juga mempunyai fase larva trokoper.
5. Kelas Scaphopoda
Dentalium vulgare adalah salah satu contoh kelas Scaphopod. Dentalium vulgare hidup di laut dalam pasir atau lumpur. Hewan ini juga memiliki cangkok yang berbentuk silinder yang kedua ujungnya terbuka. Panjang tubuhnya sekitar 2,5 s.d 5 cm. Dekat mulut terdapat tentakel kontraktif bersilia, yaitu alat peraba. Fungsinya untuk menangkap mikroflora dan mikrofauna. Sirkulasi air untuk pernafasan digerakkan oleh gerakan kaki dan silia, sementara itu pertukaran gas terjadi di mantel. Hewan ini mempunyai kelamin terpisah.
7. Phylum Arthropoda
Bersal dari kata “arthros=sendi/ruas dan podos=kaki. Maka arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas.
Klasifikasi (penggolongan) Arthoproda
Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, Arthropoda dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu:
Ciri-ciri Kelas
Crustacea Arachnida Myriapoda Insecta
Tubuh a. Mempunyai rangka yang keras b. Terdiri atas 2 bagian : kepala-dada dan perut Terdiri atas 2 bagian : kepala-dada dan perut a. Diplopoda : kepala dan badan silindris
b. Chilopoda: kepala dan badan gepeng (dorso ventra) Terdiri atas kepala, dada dan abdomen (perut)
Kaki 1 pasang pada setiap segmen tubuh 4 pasang pada kepala - dada 1 pasang atau 2 pasang pada setiap ruas 3 pasang pada dada atau tidak ada
Sayap Tidak ada Tidak ada Tidak ada 2 pasang atau tidak ada
Antena 2 pasang Tidak ada Chilopoda : 1 pasang dan panjang
b. Diplopoda : 1 pasang dan pendek 1 pasang
Organ Pernafasan Insang atau seluruh permukaan tubuh Paru-paru buku Trakea Di darat
Tempat hidup Air tawar, air laut Di darat Di darat
1. Kelas Crustacea
Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar.
Ciri-ciri crustacea adalah sebagai berikut:
a. Struktur Tubuh
Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu:
• 2 pasang antenna
• 1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya
• pasang maksilla
• 1 pasang maksilliped
b. Klasifikasi Crustacea
Berdasarkan ukuran tubuhnya Crustacea dikelompokkan sebagai berikut:
• Entomostraca (udang tingkat rendah), Hewan ini dikelompokkan menjadi empat ordo, yaitu:
1. Ordo Branchiopoda
Contoh: Daphnia pulex dan Asellus aquaticus. Hewan ini sering disebut kutu air dan merupakan salah satu penyusun zooplankton. Pembiakan berlangsung secara parthenogenesis.
2. Ordo Ostracoda
Contoh: Cypris candida, Codona suburdana. Hidup di air tawar dan laut sebagai plankton, tubuh kecil dan dapat bergerak dengan antena.
3. Ordo Copepoda
Contoh: Argulus indicus, Cyclops. Hidup di air laut dan air tawar, dan merupakan plankton dan parasit, segmentasi tubuhnya jelas.
4. Ordo Cirripedia
Contoh: Lepas atau Bernakel, Sacculina. Tubuh dengan kepala dan dada ditutupi karapaks berbentuk cakram dan hidup di laut melekat pada batu atau benda lain.
Cirripedia ada yang bersifat parasit. Cara hidup Cirripedia beraneka ragam. Salah satu diantaranya adalah Bernakel (gambar dibawah) yang terdapat pada dasar kapal, perahu dan tiang-tiang yang terpancang di laut atau mengapung di laut.
2. Kelas Arachnida
Anggota Arachnida meliputi kalajengking, laba-laba, tungau atau caplak. Kebanyakan hewan ini bersifat parasit yang merugikan manusia, hewan dan tumbuhan. Arachnida bersifat karnivora sekaligus predator. Tempat hidupnya adalah di darat.
Ciri-ciri Arachnida
a. Tubuh terbagi atas kepala-dada (sefalotoraks) dan perut yang dapat dibedakan dengan jelas, kecuali Acarina.
b. Pada bagian kepala-dada tidak terdapat antena, tetapi mempunyai beberapa pasang mata tunggal, mulut, kelisera dan pedipalpus.
c. Mempunyai 4 pasang kaki pada kepala-dada.
d. Alat ekskresi dilengkapi dengan saluran malphigi dan kelenjar coxal.
e. Alat pernafasan berupa trakea, paru-paru buku atau insang buku.
f. Alat kelamin jantan dan betina terpisah, lubang kelamin terbuka pada bagian anterior abdomen, pembuahan internal (di dalam).
g. Sistem saraf tangga tali dengan ganglion dorsal (otak) dan tali saraf ventral dengan pasangan-pasangan ganglia.
h. Alat mulut dan alat pencernaan makanan terutama disesuaikan untuk mengisap serta memiliki kelenjar racun.
i. Habitat (tempat hidup) di darat, pada umumnya tetapi ada pula sebagai parasit.
3. Kelas Myriapoda
Myriapoda adalah gabungan dari kelas Chilopoda dan Diplopoda dengan tubuh beruas-ruas dan setiap ruas mempunyai satu pasang atau dua pasang kaki. Tubuh dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan abdomen (perut). Hewan ini banyak dijumpai di daerah tropis dengan habitat di darat terutama tempat yang banyak mengandung sampah, misal kebun dan di bawah batu-batuan.
Ciri-ciri Myriapoda
a. Tubuh bersegmen (beruas) tidak mempunyai dada jadi hanya kepala dan perut.
b. Pada setiap ruas perut terdapat satu pasang atau 2 pasang kaki.
c. Pada kepala terdapat 2 kelopak mata tunggal (ocellus), 1 pasang antena dan alat mulut.
d. Susunan saraf tangga tali.
e. Sistem pernafasan dengan trakea. Mempunyai spirakel yang terdapat pada setiap ruas tubuhnya untuk keluar masuknya udara.
f. Sistem peredaran darah terbuka
g. Alat kelamin jantan dan betina terpisah, cara perkembangbiakan dengan cara bertelur.
h. Hidup di darat, misal di bawah batu, dalam tanah, humus atau tempat lembab lainnya.
Klasifikasi (penggolongan Myriapoda)
Dalam penggolongannya Myriapoda merupakan gabungan dari dua kelas, yakni:
1. Chilopoda
Ciri-ciri Chilopoda:
• Tubuh agak gepeng, terdiri atas kepala dan badan yang beruas-ruas (15 – 173 ruas). Tiap ruas memiliki satu pasang kaki, kecuali ruas (segmen) di belakang kepala dan dua segmen terakhirnya.
• Pada segmen di belakang kepala terdapat satu pasang “taring bisa” (maksiliped) yang berfungsi untuk membunuh mangsanya.
• Pada kepala terdapat sepasang antena panjang yang terdiri atas 12 segmen, dua kelompok mata tunggal dan mulut. Hewan ini memangsa hewan kecil berupa insecta, mollusca, cacing dan binatang kecil lainnya, sehingga bersifat karnivora.
• Alat pencernaan makanannya sudah sempurna artinya dari mulut sampai anus. Alat eksresi berupa dua buah saluran malphigi.
• Respirasi (pernafasan) dengan trakea yang bercabang-cabang dengan lubang yang terbuka hampir pada setiap ruas.
• Habitat (tempat hidup) di bawah batu-batuan/timbunan tumbuhan yang telah membusuk. Kelas ini sering disebut Sentipede.
Contoh: kelabang : Lithobius forticatus dan Scolopendra morsitans.
2. Diplopoda
Ciri-cirinya Diplopoda
• Tubuh berbentuk silindris dan beruas-ruas (25 – 100 segmen) terdiri atas kepala dan badan. Setiap segmen (ruas) mempunyai dua pasang kaki, dan tidak mempunyai “taring bisa” (maksiliped). Pada ruas ke tujuh, satu atau kedua kaki mengalami modifikasi sebagai organ kopulasi.
• Pada kepala terdapat sepasang antena yang pendek, dua kelompok mata tunggal.
• Hidup di tempat yang lembab dan gelap dan banyak mengandung tumbuhan yang telah membusuk.
• Respirasi dengan trakea yang tidak bercabang.
• Alat eksresi berupa dua buah saluran malphigi.
Contoh: kaki seribu (Julus nomerensis)
4. Kelas Insecta
Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.
Ciri-ciri Insecta, antara lain:
- Tubuh dapat dibedakan dengan jelas antara kepala, dada dan perut.
- Kepala dengan: - Satu pasang mata facet (majemuk), mata tunggal (ocellus), dan satu pasang antena sebagai alat peraba.
- Alat mulut yang disesuaikan untuk mengunyah, menghisap, menjilat dan menggigit.
- Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas (labrum) serta bibir bawah (labium).
- Dada (thorax) terdiri atas tiga ruas yaitu prothorax,mesothorax dan metathorax. Pada segmen terdapat sepasang kaki.
- Kaki berubah bentuk disesuaikan dengan fungsinya
Klasifikasi Insecta
Serangga dalam perkembangannya menuju dewasa mengalami metamorfosis. Metamorfosis adalah perubahan bentuk serangga mulai dari larva sampai dewasa. Adapula serangga yang selama hidupnya tidak pernah mengalami metamorfosis, misal kutu buku (Episma saccharina). Berdasarkan metamorfisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Hemimetabola dan Holometabola.
a. Hemimetabola
Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya Hemimetabola serangga mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:
1. Telur
2. Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
3. Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.
Kelompok Hemimetabola meliputi beberapa ordo, antara lain:
1. Ordo Achyptera atau Isoptera
2. Ordo Orthoptera (serangga bersayap lurus)
Ciri-ciri ordo Orthoptera:
- Memiliki satu pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina. Sayap belakang tipis berupa selaput. Sayap digunakan sebagai penggerak pada waktu terbang, setelah meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar.
- Hewan jantan mengerik dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan, untuk menarik betina atau mengusir saingannya.
- Hewan betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk meletakkan telur.
- Tipe mulutnya menggigit.
Contoh: - Belalang (Dissostura sp)
• Belalang ranting (Bactrocoderma aculiferum)
• Belalang sembah (Stagmomantis sp)
• Kecoak (Blatta orientalis)
• Gangsir tanah (Gryllotalpa sp)
3. Ordo Odonata
Ciri-ciri Ordo Odonata:
- Mempunyai dua pasang sayap
- Tipe mulut mengunyah
- Metamorfosis tidak sempurna
- Terdapat sepasang mata majemuk yang besar
- Antenanya pendek
- Larva hidup di air
- Bersifat karnivora
Contohnya : Capung (Aeshna sp), Capung besar (Epiophlebia)
4. Ordo Hemiptera
• Mempunyai dua pasang sayap, sepasang tebal dan sepasang lagi seperti selaput.
• Tipe mulut menusuk dan mengisap.
• Metamorfosis tidak sempurna.
Contohnya :
Walang sangit (Leptocorixa acuta)
Kumbang coklat (Podops vermiculata)
Kutu busuk (Eimex lectularius)
Kepinding air (Lethoverus sp)
5. Ordo Homoptera (bersayap sama)
Ciri-ciri Homoptera :
- Tipe mulut mengisap
- Mempunyai dua pasang sayap
- Sayap depan dan belakang sama, bentuk transparan.
- Metamorfosis tidak sempurna.
Contohnya :
- Tonggeret (Dundubia manifera)
- Wereng hijau (Nephotetix apicalis)
- Wereng coklat (Nilapervata lugens)
- Kutu kepala (Pediculushumanus capitis)
- Kutu daun (Aphid sp)
b. Kelompok Holometabola
Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa – imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan.
Berdasarkan ciri sayap dan alat mulutnya, kelompok Holometabola ini meliputi 6 ordo, yaitu ordo:
1. Ordo Neuroptera
2. Ordo Lepidoptera
3. Ordo Diptera
4. Ordo Coleoptera
5. Ordo Siphonoptera
6. Ordo Hymenoptera
1. Phylum Echinodermata
Echinodermata berasal dari kata Yunani, echinos = duri dan derma = kulit. Jadi Echinodermata dapat diartikan sebagai hewan berkulit duri. Memang jika Anda meraba kulit hewan ini akan terasa kasar, karena kulitnya mempunyai lempeg-lempeng zat kapur dengan duri-duri kecil.
Hewan ini biasanya hidup di pantai dan di dalam laut sampai kedalaman sekitar 366 m. Sebagian hidup bebas, hanya gerakannya lamban. Anda jangan khawatir hewan ini tidak ada yang parasit. Ada sekitar 5.300 jenis Echinodermata yang sudah dikenal manusia. Jumlahnya amat banyak, karena musuh hewan ini hanya sedikit.
Keistimewaan Echinodermata adalah memiliki tubuh (organ tubuh) lima atau kelipatannya. Di samping itu hewan ini memiliki saluran air yang sering disebut sistem ambulakral. Sistem ini digunakan untuk bergerak, bernafas, atau untuk membuka mangsanya yang memiliki cangkok. Ciri umum lainnya adalah pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk bilateral simetri. Sedangkan setelah dewasa bentuk tubuhnya menjadi radial simetri.
Sistem Tubuh Echinodermata
1. Sistem Ambulakral
Untuk memudahkan dalam mempelajari sistem ambulakral pada hewan Echinodermata
Sistem ambulakral sebenarnya merupakan sistem saluran air yang terdiri atas:
a. Madreporit, merupakan lubang tempat masuknya air dari luar tubuh.
b. Saluran batu
c. Saluran cincin
d. saluran radial, meluas ke seluruh tubuh.
e. Saluran lateral
f. Ampula
g. Kaki tabung
Sistem ini berfungsi untuk bergerak, bernafas atau membuka mangsa. Pada hewan ini air laut masuk melalui lempeng dorsal yang berlubang-lubang kecil (madreporit) menuju ke pembuluh batu. Kemudian dilanjutkan ke saluran cincin yang mempunyai cabang ke lima tangannya atau disebut saluran radial selanjutnya ke saluran lateral. Pada setiap cabang terdapat deretan kaki tabung dan berpasangan dengan semacam gelembung berotot atau disebut juga ampula. Dari saluran lateral, air masuk ke ampula. Saluran ini berkahir di Sistem Reproduksi
Echinodermata mempunyai jenis kelamin terpisah, sehingga ada yang jantan dan betina. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut. Telur yang telah dibuahi akan membelah secara cepat menghasilkan blastula, dan selanjutnya berkembang menjadi gastrula. Gastrula ini berkembang menjadi larva. Larva atau disebut juga bipinnaria berbentuk bilateral simetri. Larva ini berenang bebas di dalam air mencari tempat yang cocok hingga menjadi branchidaria, lalu mengalami metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa. Setelah dewasa bentuk tubuhnya berubah menjadi radial simetri.
Sistem Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan makanan hewan ini sudah sempurna. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang posisinya berada di bawah permukaan tubuh. Kemudian diteruskan melalui faring, ke kerongkongan, ke lambung, lalu ke usus, dan terakhir di anus. Anus ini letaknya ada di permukaan atas tubuh dan pada sebagian Echinodermata tidak berfungsi. Pada hewan ini lambung memiliki cabang lima yang masing-masing cabang menuju ke lengan. Di masing-masing lengan ini lambungnya bercabang dua, tetapi ujungnya buntu.
2. Sistem Pernafasan dan Ekskresi
Echinodermata bernafas menggunakan paru-paru kulit atau dermal branchiae (Papulae) yaitu penonjolan dinding rongga tubuh (selom) yang tipis. Tonjolan ini dilindungi oleh silia dan pediselaria. Pada bagian inilah terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida. Ada pula beberapa jenis Echinodermata yang bernafas dengan menggunakan kaki tabung. Sisa-sisa metabolisme yang terjadi di dalam sel-sel tubuh akan diangkut oleh amoebacyte (sel-sel amoeboid) ke dermal branchiae untuk selanjutnya dilepas ke luar tubuh.
3. Sistem Sirkulasi
Sistem peredaran darah Echinodermata umumnya tereduksi, sukar diamati. Sistem peredaran darah terdiri dari pembuluh darah yang mengelilingi mulut dan dihubungkan dengan lima buah pembuluh radial ke setiap bagian lengan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari cincin saraf dan tali saraf pada bagian lengan-lengannya
Klasifikasi Echinodermata
Hewan Echinodermata berdasarkan bentuk tubuhnya dapat dibagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea, Echinoidea, Ophiuroidea, Crinoidea, dan Holoturoidea.
1. Kelas Asteroidea
Asteroidea sering disebut bintang laut. Sesuai dengan namanya itu, jenis hewan ini berbentuk bintang dengan 5 lengan. Di permukaan kulit tubuhnya terdapat duri-duri dengan berbagai ukuran. Hewan ini banyak dijumpai di pantai. Ciri lainnya adalah alat organ tubuhnya bercabang ke seluruh lengan. Perhatikan gambar di samping ini.
Mulut terdapat di permukaan bawah atau disebut permukaan oral dan anus terletak di permukaan atas (permukaan aboral). Kaki tabung tentakel (tentacle) terdapat pada permukaan oral. Sedangkan pada permukaan aboral selain anus terdapat pula madreporit. Madreporit adalah sejenis lubang yang mempunyai saringan dalam menghubungkan air laut dengan sistem pembuluh air dan lubang kelamin.
2. Kelas Echinoidea
Jika Anda jalan-jalan di pantai, hati-hati dengan binatang ini karena tubuhnya dipenuhi duri tajam. Duri ini tersusun dari zat kapur. Duri ini ada yang pendek dan ada pula yang panjang seperti landak. Itulah sebabnya jenis hewan ini sering disebut landak laut. Jenis hewan ini biasanya hidup di sela-sela pasir atau sela-sela bebatuan sekitar pantai atau di dasar laut. Tubuhnya tanpa lengan hampir bulat atau gepeng.
Ciri lainnya adalah mulutnya yang terdapat di permukaan oral dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat untuk mengambil makanan. Hewan ini memakan bermacam-macam makanan laut, misalnya hewan lain yang telah mati, atau organisme kecil lainnya. Alat pengambil makanan digerakkan oleh otot yang disebut lentera arisoteteles. Sedangkan anus, madreporit dan lubang kelamin terdapat di permukaan atas.
3. Kelas Ophiuroidea
Hewan ini jenis tubuhnya memiliki 5 lengan yang panjang-panjang. Kelima tangan ini juga bisa digerak-gerakkan sehingga menyerupai ular. Oleh karena itu hewan jenis ini sering disebut bintang ular laut (Ophiuroidea brevispinum).
4. Kelas Crinoidea
Jika Anda pernah menyelam ke dasar laut, mungkin Anda mengira jenis hewan Crinoidea ini adalah tumbuhan. Memang sekilas hewan ini mirip tumbuhan bunga. Ia memiliki tangkai dan melekat pada bebatuan, tak beda seperti tumbuhan yang menempel di bebatuan. Ia juga memiliki 5 lengan yang bercabang-cabang lagi mirip bunga lili. Oleh karena itu hewan ini sering disebut lili laut (Metacrinus sp).
Ciri lainnya mulut dan anus hewan ini terdapat di permukaan oral dan tidak mempunyai madreporit. Hewan ini sering ditemukan menempel dengan menggunakan cirri (akar) pada bebatuan di dasar laut. Ia juga bisa berenang bebas, sehingga jika lingkungan tidak menguntungkan akan pindah dan menempel pada tempat lain. Jenis lainnya adalah Antedon tenella, dengan tubuhnya kecil-kecil, bentuk piala disebut calyx (kaliks) tanpa tangkai.
5. Kelas Holoturoidea
Hewan jenis ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis Echinodermata. Tubuhnya seperti mentimun dan disebut mentimun laut atau disebut juga teripang. Hewan ini sering ditemukan di tepi pantai. Gerakannya tidak kaku, fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan. Rangkanya direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit. Mulut terletak pada ujung anterior dan anus pada ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut terdapat tentakel yang bercabang sebanyak 10 sampai 30 buah. Tentakel dapat disamakan dengan kaki tabung bagian oral pada Echinodermata lainnya. Tiga baris kaki tabung di bagian ventral digunakan untuk bergerak dan dua baris di bagian dorsal berguna untuk melakukan pernafasan. Selain itu pernafasan juga menggunakan paru-paru air.
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir
Peran Echinodermata
Laut bisa bersih seperti sekarang ini antara lain merupakan jasa hewan Echinodermata. Hewan ini adalah pemakan bangkai, sisa-sisa hewan, dan kotoran hewan laut lainnya. Oleh karena itu hewan ini sering disebut sebagai hewan pembersih laut/pantai.
Echinodermata juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Misalnya mentimun laut setelah dikeringkan dijadikan bahan sup atau dibuat kerupuk. Juga telur bulu babi sangat enak untuk dimakan. Echinodermata juga bisa merugikan, karena hewan laut ini sebagai pemakan tiram/kerang mutiara.
2.2 Pantai Bama Taman Nasional Baluan
Taman Nasional Baluran merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan. Taman Nasional Baluran ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomer: 279/Kpts-VI/1997 tanggal 25 Mei 1997 dan berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor: 51/Kpts/DJ-VI/1987 tanggal 12 Desember 1997, wilayah kerjanya meliputi kawasan Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo dan Cagar Alam/Taman Wisata Kawah Ijen.
Sejarah Taman Nasional Baluran
Upaya penunjukan kawasan Baluran menjadi Suaka Margasatwa telah dirintis oleh Kebun Raya Bogor sejak tahun 1928, rintisan tersebut didasarkan kepada usulan AH. Loedeboer yang menguasai daerah tersebut yang sebelumnya daerah ini sebagai lokasi perburuan.
Tahun 1937 kawasan Baluran ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Nomor: 9 tahun 1937 (Lembaran Negara No. 544 tahun 1937). Tujuan dijadikannya kawasan Baluran sebagai Suaka Margasatwa pada waktu itu adalah untuk melindungi berbagai jenis satwa langka dari kepunahan. Pada tahun 1980 bertepatan dengan hari Pengumuman Strategi Pelestarian Dunia, Suaka Margasatwa Baluran dideklarasikan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia sebagai Taman Nasional.
Deskripsi taman nasional baluran
Taman Nasional Baluran terletak di Kabupaten Situbondo (Provinsi Pulau Jawa Timur) dengan luas 25.000 Ha wilayah daratan dan 3.750 Ha wilayah perairan, terletak di antara 114° 18' - 114° 27' Bujur Timur dan 7° 45' - 7° 57' Lintang Selatan dengan ketinggian 0 - 1,247 m asl. Daerah ini terletak di ujung Timur pulau Jawa. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Bajulmati dan sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Kelokoran.
Iklimnya bertipe Monsoon yang dipengaruhi oleh angin Timur yang kering. Curah hujan berkisar antara 900 - 1600 mm/tahun, dengan bulan kering per tahun rata-rata 9 bulan. Antara bulan Agustus s/d Desember bertiup angin cukup kencang dari arah Selatan.
Baluran Taman Nasional beriklim kering dan terdiri dari hutan dataran rendah, savanna, hutan bakau dan bukit. Pada bagian tengah dari kawasan ini terdapat Gunung Baluran yang sudah tidak aktif lagi. Tinggi dinding kawahnya bervariasi antara 900 - 1.247 m sebagai puncak tertingginya, dan membatasi kaldera yang cukup luas.
Kawasan perairan memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistem perairan yang perlu dilestarikan guna mendukung strategi konservasi yaitu:
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan.
2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya.
3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Daerah perairan Taman Nasional Baluran sangat berpotensi guna dkembangkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Pintu Gerbang masuk ke Taman Nasional Baluran itu sendiri terletak dipinggir jalan raya Surabaya – Ketapang Banyuwangi, tepatnya di desa kecil: Wonorejo - Batangan, sebuah desa yang terletak di kecamatan Situbondo dibawah kaki gunung Merapi Jawa timur dan ditepi sungai Bajulmati.
Pos Bekol terletak sekitar 12 km dari pintu gerbang Batangan, di jantung taman nasional yang hampir 40% kawasannya dikelilingi oleh padang rumput savana dan terletak dibawah kaki Gunung Baluran (1247 m ) yang menjulang tinggi membuat perpaduan panorama sangat eksotik mengingatkan kita akan pemandangan di Afrik., Di Bekol terdapat fasilitas Tower pengamatan satwa liar seperti Banteng, Rusa, Muncak, Burung Merak, Burung Rangkong, Elang, Kangkareng dan lain-lain.
Flora dan Fauna
Taman Nasional Baluran merupakan satu-satunya kawasan di Pulau Jawa yang memiliki padang savana alamiah. Luasnya ± 10.000 Ha atau sekitar 40% dari luas kawasan.
Kawasan Baluran mempunyai ekosistem yang lengkap yaitu Hutan Mangrove, Hutan Pantai, Hutan Payau/Rawa, Hutan Savana dan Hutan Musim (dataran tinggi dan dataran rendah).
Ada 444 jenis tumbuhan yang bertumbuh Taman Nasional Baluran ini. Tumbuhan khas Baluran adalah pohon Widoro bekol (Zizyphus rotundifolia), tumbuhan lainnya dalam Asam (Tamarindus indica), Gadung (Dioscorea hispida), Pilang (Acacia leucophloea), Kemiri (Sterculia foetida), Gebang (Corypha utan), Talok (Grewia sp.), Walikukun (Schoutenia ovata), Mimba (Azadirachta indica), Kesambi (Schleicera oleosa), Lontar (Borassus sp.), Api-Api (Avicennia sp.), Kendal (Cordia obliqua), manting (Syzygium polyanthum), dan kepuh (Sterculia foetida), dan lain-lain. Widoro Bekol, mimba dan Pilang merupakan tumbuhan yang bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang kering.
Di kawasan ini terdapat sekitar 155 jenis burung yang sudah langka dengan sekitar 26 spesies hewan mamalia. Tipe habitat di Taman Nasional Baluran yang sangat beragam yang terbentang mulai dari lahan basah di sepanjang pesisir pantai, savanna dan hutan musim yang kering, sampai hutan hujan yang lebat di Gunung Baluran menyebabkan komposisi burung yang ada di Taman Nasional Baluran sangat bervariasi mengikuti tipe habitat yang ada. Terhitung berdasarkan survey yang dilakukan oleh Taman Nasional Baluran, jumlah burung yang ada terdiri dari 15 ordo, 50 famili dan 155 spesies. Dari jumlah tersebut, 47 diantaranya termasuk jenis terancam punah di dilindungi oleh undang-undang (UU no.5 tahun 1990 dan PP no. 7 tahun 1999). Hewan-hewan tersebut antara lain Walet ekor jarum (Hirundapus caudacutus), Burung Merak (Pavo muticus), Ayam hutan (Gallus sp.), malabar burung enggang (Anthracoceros coronatus conversus), burung enggang badak (Buceros badak silvestris), burung layang-layang gudang (Hirundo rustica), Koel (Eudynamys scolopacea), dan bangau ajudan (Leptoptilos javanicus), mamalia besar yang merupakan satwa langka adalah Banteng (Bos javanicus) dan Ajag (Cuon alpinus), satwa lainnya yang terdapat di Baluran adalah Babi hutan (Sus sp), Kijang (Muntiacus muntjak), Rusa (Cervus timorensis), Macantutul/Kumbang (Felis pardus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), Lutung (Presbytis cristata), Kera abu-abu (Macaca fascicularis), Felis viverrina, Kancil/Pelanduk Melayu (Tragulus javanicus pelandoc), kucing (Prionailurus viverrinus), monyet/blok daun kayu hitam (Trachypithecus auratus auratus), dan lain-lain. Berdasarkan riset terbaru disimpulkan bahwa terdapat spesies di taman nasional Baluran yang berbeda dengan spesies di Ujung Kulon.
Di hutan musim, hampir semua jenis burung di Taman Nasional Baluran ditemukan bahkan untuk jenis-jenis yang paling jarang terdapat disini. Serindit Jawa (Loriculus pusillus) adalah contoh burung yang menurut refrensi hanya ditemukan di hutan hujan namun ditemukan di hutan musim Baluran. Menurut catatan, burung ini hanya terpantau sekali disebabkan karena jumlahnya yang sangat jarang juga karena warna bulunya yang hampir seluruhnya hijau dan pola perilakunya yang suka “mengendap-endap” dan acak membuat burung ini sering terlewatkan oleh banyak pengamat burung. Jenis-jenis lain yang tergolong susah ditemukan (terpantau) antara lain Kadalan Birah (Rhamphococcyx curvirostris), Kadalan Kembang (Zanclostomus javanicus), Elangalap Jambul (Accipiter trivirgatus), Alapalap Kawah (Falco perigrinus), Elang Buteo (Buteo buteo) Punai Siam (Treron bicincta) yang menurut McKinon hanya ditemukan di Baluran dan Bali dan tentunya jalak putih (Sturnus melanopterus). Di Baluran Jalak Putih beberapa kali terpantau di curah udang (antara Bekol-Bama), sekali di Lempuyang, Ketokan Kendal, Curah Oling dan tidak jauh dari evergreen forest.
Secara umum populasi spesies-spesies tersebut di Taman Nasional Baluran beberapa tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup mengkhawatirkan, terutama Banteng Jawa, Kerbau Liar dan Babi Hutan. Sedangkan untuk Rusa Timor meskipun mengalami penurunan jumlah populasi (sensus terakhir tahun 1997 berjumlah 4036 ekor) tetapi masih berada dalam kondisi yang tidak terlalu mengkhawatirkan. Keberadaannya masih bisa dipantau dengan sangat mudah di sekitar savanna Bekol serta temuan jejak dan kotoran yang masih cukup banyak ditemukan di dalam kawasan. Sedangkan untuk predator Anjing Hutan dan Macan Tutul, meskipun belum ada sensus yang menyeluruh, namun berdasarkan catatan perjumpaan baik langsung maupun tidak langsung diperkirakan jumlahnya masih tergolong aman (sebagai predator). Banteng Jawa, yang juga merupakan flagship Taman Nasional Baluran mengalami penurunan jumlah populasi mulai tahun 2003.
Beberapa factor penyebab turunnya populasi Banteng Jawa di Taman Nasional Baluran adalah
1. Menurunnya persediaan air minum, terutama ketika memasuki musim kemarau.
2. Perubahan habitat (cover ground dan feeding ground) yang diakibatkan oleh invasi Acacia nilotica.
3. Aktifitas manusia di dalam kawasan dalam jumlah besar dan berlangsung dalam waktu yang lama seperti aktifitas pembasmian akasia, pengambilan hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu.
4. Perburuan liar yang dilakukan dengan berbagai cara mulai dari senjata api, jebakan seling (kawat besi) dan racun.
5. Predator, yang lebih banyak ditemui adalah Anjing Hutan.
Selain keanekaragaman tersebut di atas, Baluran menyimpan kekayaan terumbu karang dan ikan hias, serta memiliki berbagai jenis Mollusca, Crustaceae, Echinodermata serta biota laut lainnya, sehingga kawasan ini mempunyai daya tarik sendiri.
Bama Pantai terletak di area timur Taman Nasional Baluran. Pantai dengan hamparan pasir putih ini terletak ± 3 km dari Savana Bekol (Pos Bekol), dan dikelilingi oleh hutan mangrove sebagai habitat berbagai jenis burung dan satwa primate seperti kera abu-abu (Macaca fascicularis), lutung (Trachypitecus auratus) dan juga terdapat biawak (Varanus salvator). Selain itu, keanekaragaman hayati berupa terumbu karang dan ikan hias juga terdapat di pantai ini. Pantai Bama cukup bersih dikelilingi oleh hutan mangrove yang asri, memiliki terumbu karang untuk kegiatan snorkeling di depan pantai guest house-nya, dan juga ada jalan setapak mengelilingi pantai serta ke padangmemiliki Tower pemantauan satwa.
BAB III METODE PENGAMATAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengamatan
Pengamatan Taksonomi Hewan Invertebrata dilakukan pada:
hari/tanggal : Kamis s/d Jum’at, 03 s/d 04 Desember 2009
tempat : Pantai Bama Taman Nasional Baluran
Alokasi waktu dan tempat pengamatan yang dilakukan di Pantai Bama terbagi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Kamis, 03 Desember 2009 (hari pertama), pengamatan dilakukan di pinggir pantai Bama (saat pasang), pukul 14.00 WIB – selesai (petang).
2. Jumat, 04 Desember 2009 (hari kedua), pengamatan dilakukan di daerah surut pantai Bama, pukul 04.00 WIB – selesai.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Ember plastik
3.2.2 Cetok
3.2.3 Kantung plastic
3.2.4 Camera
3.2.5 Sarung tangan
3.2.6 Cupit
3.2.7 Sepatu boot
3.2.8 Stoples
3.2.9 Formalin 4%
3.2.10 Alcohol 70 %
3.2.11 Asam Cuka
3.2.12 Alat tulis
3.2.13 Buku kerja
3.2.14 Tikar
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Survey dan koleksi specimen Tahap Pertama
1. Pengamatan dilakukan saat laut dalam keadaan pasang,
2. Dilakukan pengamatan langsung terhadap jenis-jenis hewan di pinggir pantai atau di sepanjang garis pantai Bama,
3. Mendeskripsikan karakter spesies yang ditemukan,
4. Mengidentifikasi jenis spesies,
5. Menggambar dan mencatat data dalam lembar pengamatan (buku kerja).
3.3.2 Keragaman Jenis Hewan di Zona intertidal
1. Pengamatan dilakukan saat laut dalam keadaan surut,
2. Pengamatan dan koleksi sampel dilakukan dengan metode jelajah dimulai dari garis pantai hingga ke area tengah (batas surut air laut) secara agak cepat untuk mendapatkan spesimen sebelum pasang,
3. Kegiatan koleksi tetap dilakukan saat laut pasang, sambil berjalan menuju garis pantai. Peserta harus berhati-hati terhadap jenis hewan tertentu yang berbahaya, seperti Diadema sp (landak laut duri panjang), Ikan buntal dan terhadap karang. Karena itu harus menggunakan sepatu tahan air,
4. Spesimen yang diperoleh dimasukkan ke dalam timba plastik dengan ketentuan spesies bertubuh keras terpisah dengan spesies bertubuh lunak (terdapat dua buah timba plastik), dilakukan penambahan air laut secukupnya ke dalam timba plastik yang berisi spesimen,
5. Setelah kegiatan koleksi selesai, dilakukan dokumentasi terhadap spesimen yang diperoleh (pemotretan),
6. Kegiatan identifikasi spesimen,
7. Pengembalian spesimen ke dalam laut,
8. Menggambar dan mencatat data dalam lembar pengamatan (buku kerja).
BAB III PEMBAHASAN
Contoh spesies Coelenterata
Klasifikasi
Kindom : Animalia
Phyllum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Order : Scleractinia
Suborder : Astrocoeniina
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Species : Acropora millepora
Deskripsi
• Mudah dijumpai di seluruh perairan di Indonesia, biasanya ada di sekitar tubir. Paling banyak terdapat di daerah batu-batu karang di Indopasific.
• Hidup bersosial dengan membentuk batu-batu karang, hidup secara sesil( hidup bebas).
• Merupakan partisipan utama dalam pembentukan pulau karang atau gosong atau reef.
• Koloninya berbentuk seperti tanduk rusa.
• Koloni korimbosa, cabang dengan ukuran yang sedang. Ukuran cabang bervariasi tergantung dari tempat hidupnya.
• Axial korolit kecil, dan radial, korolit dengan ukuran besar dan kecil, bercampur dengan bentuk seperti sisik ikan.
• Berwarna cokelat gelap atau keabu-abuan.
• Hidup di permukaan atas dan bawah laut.
• Merupakan koral yang keras.
• Pertumbuhan spesies ini umumnya secara vertikal membentuk struktur morfologi seperti semak, disebut”semi-erect”.
• Polip dengan diameter rata-rata 1-2 mm.
• Reproduksi seksual yang disebut mast-spawning, terjadi 1 kali dalam setahun. Selama tiga malam diawal musim panas dikala bulan purnama.
• Tingkah laku makan dengan melakukan simbiosis bersama alga uniseluler. Misalnya jenis alga Dinoflagellates.
• Rongga gastrovaskular pada coral memberikan kontribusi hasil fotosintesis.
Manfaat
• Keberadaannya memiliki manfaat ekonomi, karena menjadi tempat berkembang biaknya habitat laut, seperti ikan yang menjadi sumber penghidupan nelayan tradisional.
• Memiliki manfaat secara ekologis, selain menjadi habitat beranekaragam kehidupan laut, terumbu karang dapat meredam gelombang pasang atau tsunami, fungsinya sama dengan keberadaan hutan bakau (manggrove).
• Terumbu karang yang subur dapat menjadi kekayaan laut dan menjadi daya tarik wisata.
• Dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang mempunyai peranan penting dalam ekologinya. Peranan ini telah menjadi target bagi sumber senyawa bioaktif yang berasal dari ekosistem terumbu karang. Masalah serius dalam pengembangan senyawa bioktif dari karang adalah suplai, karena untuk mendapatkan sejumlah relatif kecil senyawa bioaktif, diperlukan sejumlah besar karang.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Subclass : Alcyonaria
Order : Stolonifera
Family : Tubipoidae
Genus : Tubipora
Species : Tubipora musica
Deskripsi
• Banyak terdapat ditemukan di pantai-pantai tropis, tumbuh membentuk koloni-koloni yang padat dengan ukuran sedang.
• Sebagian menempel pada dasar pantai, disamping itu banyak ditemukan pada substrat batuan karang.
• Umumnya memiliki tubuh yang berwarna merah tua dengan stolon yang berkapur.
• Bentuk polipnya menyerupai pipa atau berwarna hijau.
• Kerangkanya terbuat dari zat kapur yang berwarna merah.
• Hidup secara berkoloni, atau polip satu dengan yang lainnya diikat dengan suatu jaringan tubuh yang disebut stolon transversal.
• Susunan pipa-pipa polip yang menyusun koloni tersebut berjajar-jajar secara vertical.
• Kerangka tubuhnya termasuk jenis kerangka eksoskeleton yang di bagian luarnya dibungkus oleh bagian (lapisan) epidermis.
• Coral ini lembut, halus dengan skeleton yang keras dan unik dari kalsium Carbonat, yang memiliki tuba yang berbentuk seperti pipa.
• Setiap tuba memiliki banyak polip, setiap polip mempunyai 8 bulu yang bentuknya seperti tentakel. Tentakel-tentakel ini biasanya mengembang dan akan menciut, mengecil dan akan menutup jika ada bahaya yang menghampirinya.
• Tubipora musica secara total mendapatkan makanan dari simbiosis dengan zooxanthella, sehingga tidak memerlukan makanan tambahan.
Manfaat
• Keberadaannya memiliki manfaat ekonomi, karena menjadi tempat berkembang biaknya habitat laut, seperti ikan yang menjadi sumber penghidupan nelayan tradisional.
• Memiliki manfaat secara ekologis, selain menjadi habitat beranekaragam kehidupan laut, terumbu karang dapat meredam gelombang pasang atau tsunami, fungsinya sama dengan keberadaan hutan bakau (manggrove).
• Terumbu karang yang subur dapat menjadi kekayaan laut dan menjadi daya tarik wisata.
• Dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang mempunyai peranan penting dalam ekologinya. Peranan ini telah menjadi target bagi sumber senyawa bioaktif yang berasal dari ekosistem terumbu karang. Masalah serius dalam pengembangan senyawa bioktif dari karang adalah suplai, karena untuk mendapatkan sejumlah relatif kecil senyawa bioaktif, diperlukan sejumlah besar karang.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Hydrozoa
Order : Siphonophora
Suborder : Rhizophysaliae
Family : Physaliidae
Genus : Physalia
Species : Physalia physalis
Deskripsi
• Hidup berkoloni dan koloninya berbentuk unique (lain dari pada yang lain).
• Koloni dilengkapi alat pelampung yang bentuknya seperti pelembungan atau balon yang disebut pneumatophora.
• Pneumatophora ini bentuknya memanjang menggelembung di tengah sedangkan kedua ujungnya meruncing.
• Di bagian bawah pneumatophora diketemukan jaringan penghasil gas dan juga diketemukanrongga gastrovaskular yang luas.
• Bentuknya simetri radial dengan tentakel di bagian belakang, sementara chondrophora berbentuk simetri radial denga sail ada di pojok atau di tengah.
• Pada badan utamanya terdapat tentakel yang panjang rata-rata umumnya mencapai 1m, meskipun ada pula yang mencapai 10m.
• Makanannya berupa hewan-hewan laut kecil/zooplankton dengan menggunakan nematocystnya.
• Terdapat gonozoid sebagai alat reproduksi.
• Banyak ditemukan di air hangat di seluruh laut dunia. Ia tinggal di permukaan laut di air yang kelihatan biru yang biasanya digunakan untuk berlayar.
Manfaat/kerugian
Manfaat : mempunyai nilai komersil dan sebagai makanan ikan
Kerugian : memiliki sting organ yang berisi racun yanga dapat menyakiti pere renang, dengan kata lain mengandung racun yang berbahaya bagi manusia apabila mengenainya.
Klasifikasi
Kindom : Animalia
Phyllum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Order : Scleractinia
Suborder : Astrocoeniina
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Species : Acropora Formosa
Deskripsi
• Jenis ini biasanya ditemukan di tempat dangkal, diseluruh peraiaran Indonesia.
• Bentuk percabangan arboresen dengan percabangan ramping sampai gemuk.
• Radial koralit berbentuk tabung dengan bukaan membulat atau oval tersusun merata dan rapat.
• Di tempat yang tenang percabangan lebih terbuka dan lebih memanjang.
• Warnanaya cokelat muda, cokelat tua dan kadang-kadang biru
Manfaat
• Keberadaannya memiliki manfaat ekonomi, karena menjadi tempat berkembang biaknya habitat laut, seperti ikan yang menjadi sumber penghidupan nelayan tradisional.
• Memiliki manfaat secara ekologis, selain menjadi habitat beranekaragam kehidupan laut, terumbu karang dapat meredam gelombang pasang atau tsunami, fungsinya sama dengan keberadaan hutan bakau (manggrove).
• Terumbu karang yang subur dapat menjadi kekayaan laut dan menjadi daya tarik wisata.
• Dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang mempunyai peranan penting dalam ekologinya. Peranan ini telah menjadi target bagi sumber senyawa bioaktif yang berasal dari ekosistem terumbu karang. Masalah serius dalam pengembangan senyawa bioktif dari karang adalah suplai, karena untuk mendapatkan sejumlah relatif kecil senyawa bioaktif, diperlukan sejumlah besar karang.
3.1 Sistem Pengolahan Air Limbah Pada Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) PT. Sier (Surabaya Industrial Estate Rungkut)
BAB VI PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan study lapangan ini adalah sebagai berikut:
4.1.1 Sistem pengolahan air limbah PT. SIER (Persero) menggunakan sistem pengolahan secara fisika-biologis, tanpa menggunakan atau menambahkan bahan kimia.
4.2 Saran
4.2.1 Pemerintah setempat atau pemerintah terkait hendaknya lebih peduli terhadap permasalahan lingkungan yang dalam hal ini adalah pengelolaan limbah industri;
4.2.2 Masyarakat dan pihak industry hendaknya lebih menjaga dan memelihara lingkungan dengan cara mensterilisasi limbah industry.
4.2.3 Pihak PT. Sier hendaknya lebih memanagemen pengelolaan limbah industry khususnya yang terkait dengan bau.
DAFTAR PUSTAKA
--------- Kementrian Lingkungan Hidup, Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia 2002.
Wahidin, Dadan. 2008. Polusi Air. http://handerswirharja.blogspot.com [1 Mei 2009]
Jawa Pos, Senin, 16 April 2007.
http://liburan.info/content/view/56/43/lang,indonesian/
http://en.wikipedia.org/wiki/Baluran_National_Park
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_index.htm
Sumber : DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDRAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN PELESTARIAN ALAM TAMAN NASIONAL BALURAN
Jl: Jendral A. Yani 108
Telp./ fax. (0333) 24119
BANYUWANGI 68416
http://www.petra.ac.id/eastjava/cities/banyuw/tourobj/banyu1.htm
http://www.dephut.go.id/informasi/tamnas/baluran_2.html
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Parameter Fisika dan Kimia pada IPAL PT. Sier
N0 PARAMETER FISIKA Kode Nilai Satuan
1.1 Suhu 40 Celsius
1.2 Jumlah Padatan Terlarut TDS 2000 Mg/ l
1.3 Jumlah Padatan Tersuspensi TSS 400 Mg/ l
1.4 Warna 300 Pt.Co Scala
NO. PARAMETER KIMIA Kode Nilai Satuan
2.1 Biological Oxygen Demand BOD 1500 Mg/ l
2.2 Chemical Oxygen Demand COD 3000 Mg/ l
2.3 Derajat Keasaman pH 6 – 9
2.4 Amonia NH3 20 Mg/ l
2.5 Deterjen MBAS 5 Mg/ l
2.6 Phenol 2 Mg/ l
2.7 Fluorida F 30 Mg/ l
2.8 Klorida Cl 500 Mg/ l
2.9 Minyak & Lemak 30 Mg/ l
2.10 Nitrat NO3 50 Mg/ l
2.11 Nitrit NO2 5 Mg/ l
2.12 Sisa Klor Cl2 1 Mg/ l
2.13 Sulfat SO4 500 Mg/ l
2.14 Sulfida S 1 Mg/ l
2.15 Arsen As 1 Mg/ l
2.16 Barium Ba 5 Mg/ l
2.17 Besi Fe 30 Mg/ l
2.18 Kadmium Cd 1 Mg/ l
2.19 Kobalt Co 1 Mg/ l
2.20 Krom Heksavalen Cr 2 Mg/ l
2.21 Mangan Mn 10 Mg/ l
2.22 Nikel Ni 2 Mg/ l
2.23 Air Raksa Hg 0,005 Mg/ l
2.24 Selenium Se 1 Mg/ l
2.25 Seng Zn 5 Mg/ l
2.26 Tembaga Cu 5 Mg/ l
2.27 Timbal Pb 3 Mg/ l
2.28 Sianida CN 1 Mg/ l
Lampiran 2: Gambar-Gambar Media IPAL PT. Sier
Tidak ada komentar:
Posting Komentar