semburat jingga

semburat jingga
tenggelam.... kembali

Selasa, 28 Desember 2010

PEMBUKTIAN AIR TANAH MELEWATI BERKAS PENGANGKUT

 
I.          Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan bahwa air tanah masuk ke dalam tumbuhan melalui berkas pengangkut.

II.       Dasar Teori
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xilem dan phloem.
Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2, air dan unsur hara. Kecuali gas O2 dan CO2  zat diserap dalam bentuk larutan ion. Mekanisme proses penyerapan dapat belangsung karena adanya proses imbibisi, difusi, osmosis dan transpor aktif.

2.1 Pengangkutan Zat Melalui Xilem     

Pengangkutan zat pada tumbuhan dibedakan menjadi :
1.      Pengangkutan vaskuler (intravaskuler) : pengangkutan melalui berkas pembuluh pengangkut.
2.      Pengangkutan ekstravaskuler : pengangkutan air dan garam mineral di luar berkas pembuluh pengangkut. Pengangkutan ini berjalan dari sel ke sel dan biasanya dengan arah horisontal. Di dalam akar pengangkutan ini melalui :
    bulu akar         epidermis          korteks         endodermis          xilem.
    Penganngkutan ekstravaskluler dibedakan :
Air dan garam mineral akan diangkut ke daun melalui pembuluh kayu (xilem). Komponen utama penyusun xilem adalah elemen pembuluh (trakea) dan trakeid. Trakea dan trakeid merupakan sel-sel yang mati karena tidak mempunyai sitoplasma dan hanya mempunyai dinding sel.
Proses pengangkutan air dan zat zat terlarut hingga sampai ke daun pada tumbuhan dipengaruhi oleh :
-     daya kapilaritas : pembuluh xilem yang terdapat pada tumbuhan dianggap sebagai pipa kapiler. Air akan naik melalui pembuluh kayu sebagai akibat dari gaya adhesi antara dinding pembuluh kayu dengan molekul air.
-     daya tekan akar : tekanan akar pada setiap tumbuhan berbeda-beda. Besarnya tekanan akar dipengaruhi besar kecil dan tinggi rendahnya tumbuhan (0,7  -  2,0  atm). Bukti adanya tekanan akar adalah pada batang yang dipotong, maka air tampak menggenang dipermukaan tunggaknya.
-     daya hisap daun : disebabkan adanya penguapan (transpirasi) air dari daun yang besarnya berbanding lurus dengan luas bidang penguapan (intensitas penguapan).
-     pengaruh sel-sel yang hidup
Bergeraknya air tanah menuju daun mempunyai kecepatan tertentu tergantung  pada besar kecilnya gesekan dinding pembuluh xilem.

2.2 Pengangkutan Melalui Phloem

Air dan zat terlarut yang diserap akar diangkut menuju daun akan dipergunakan sebagai bahan fotosintesis yang hasilnya berupa zat gula/ amilum/ pati. Pengangkutan hasil fotosintesis berupa larutan melalui phloem secara vaskuler ke seluruh bagian tubuh disebut translokasi.
Untuk membuktikan adanya pengangkutan hasil fotosintesis melewati phloem dapat dilihat dari pada proses pencangkokan. Batang yang telah kehilangan kulit (phloem) mengalami hambatan pengangkutan akibat terjadinya timbunan makanan yang dapat memacu munculnya akar apabila bagian batang yang terkelupas kulitnya tertutup tanah yang selalu basah.

Minggu, 19 Desember 2010

Pelantikan Anggota Baru

Istilah pelantikan anggota baru sering kita dengar saat tahun ajaran atau tahun akademik baru. pelantikan anggota baru adalah istilah lain dari orientasi mahasiswa baru, ospek atau MOS (di lingkungan siswa).
Ada hal-hal yang selalu dianggap horor dalam kosa kata itu. kita akan mengingat acara ospek yang pernah dihelat oleh jurusan-jurusan di lingkup perguruan tinggi di Indonesia. bahkan kita akan mengingat bagaimana ospek pernah berujung pada kematian salah seorang peserta Ospek, yang kemudian berlanjut dengan penentuan nasib panitia di tangan lembaga pendidikan/jurusan.
 lembaga pendidikan pun akhirnya harus memutuskan keputusan tragis, beberapa orang panitia diberi sanksi DO. Habislah masa-masa sebagai mahasiswa hanya karena berloyalitas pada lembaga.
Belum habis sampai disitu, kepala jurusan pun juga harus rela mencopot jabatan dan pekerjaannya. Masa indah di kampus pun usai bagi seorang kepala.
Masihkah Ospek seperti itu untuk zaman yang semodern ini???

Jumat, 17 Desember 2010

PEMETAAN DALAM SURVEI PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Seringkali para peneliti dan atau para surveyor dalam melaksanakan pekerjaannya dihadapkan pada pertanyaan sederhana, seperti; di mana lokasi/letak sesuatu objek yang diamati atau ditelitinya, atau berapa luas obyek yang akan disurvei, atau bagaimana bisa mencapai objek tersebut. Sebagai peneliti dan atau surveyor sudah pasti telah memahami bagaimana cara awal dan cara mudah mendapatkan jawabannya, yaitu ada pada Peta. Dalam setiap kegiatan pengumpulan data lapangan, peta selalu digunakan sebagai bahan yang penting mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pelaporan kegiatan. Demikian pentingnya fungsi dan manfaat peta dalam pencapaian keberhasilan pelaksanaan pengumpulan data lapangan, maka pengetahuan dan pemahaman tentang pemetaan dan aplikasi sistim informasi geografi menjadi mutlak diperlukan bagi seorang surveyor dan atau peneliti.
Survei lapangan pada kawasan konservasi merupakan kegiatan untuk pengumpulan data dan informasi spesifik dari komponen-komponen penyusun sumber daya alam hayati dan ekosistem, yang mencakup pengukuran atas jenis, populasi, penyebaran, sex-ratio, kerapatan/kelimpahan, status kelangkaan, permasalahan dan sebagainya dari potensi dan kekayaan sumber daya alam hayati dan ekosistem, termasuk sosial ekonomi budaya masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan konservasi.
Oleh karena itu dalam mempelajari suatu komunitas diperlukan keterampilan dalam pemetaan, sehingga dalam praktikum dikembangkan pemetaan dengan berbagai metode, yang termasuk di dalamnya adalah metode pemetaan sederhana. Metode pemetaan sederhana meliputi metode pemetaan dengan pengukuran jarak dan arah serta metode pemetaan berdasarkan dua titik konstan.


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana mempelajari pemetaan dengan metode pengukuran jarak dan arah?
1.2.2 Bagaimana mempelajari pemetaan berdasarkan dua titik konstan?

1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Pemetaan dalam Survei Pendahuluan adalah:
1.3.1 Untuk mempelajari pemetaan dengan metode pengukuran jarak dan arah.
1.3.2 Untuk mempelajari pemetaan berdasarkan dua titik konstan.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Di alam jarang sekali ditemukan kehidupan yang secara individu terisolasi, biasanya suatu kehidupan lebih suka mengelompok atau membentuk koloni. Kumpulan berbagai jenis organisme disebut komunitas biotik yang terdiri atas komunitas tumbuhan (vegetasi), komunitas hewan dan komunitas jasad renik. Ketiga macam komunitas itu berhubungan erat dan saling bergantung. Ilmu untuk menelaah komunitas (masyarakat) ini disebut sinekologi. Di dalam komunitas percampuran jenis-jenis tidak demikian saja terjadi, melainkan setiap spesies menempati ruang tertentu sebagai kelompok yang saling mengatur di antara mereka. Kelompok ini disebut populasi sehingga populasi merupakan kumpulan individu-individu dari satu macam spesies. (Heddy, 1994)
Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka komunitas di suatu lingkungan bersifat spesifik. Dengan demikian pola vegetasi di permukaan bumi menunjukkan pola diskontinyu. Seringkali suatu komunitas bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas lain. Karena tanggapan setiap spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik di suatu habitat berlainan maka perubahan di suatu habitat cenderung mengakibatkan perubahan komposisi komunitas. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis yang dapat menentukan bagaimana penyebaran suatu jenis vegetasi agar dapat dipelajari dengan mudah. (Sugianto, 1994)
Dalam mempelajari suatu komunitas tumbuhan sering diperlukan suatu gambaran dari suatu wilayah dimana pengamatan itu dilakukan, untuk tujuan tersebut diperlukan keterampilan dalam membuat peta.(Tim Pembina Ekologi Tumbuhan, 2010)
Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster. (Anonim, 2010)
Keterampilan dalam pemetaan ini sangat mambantu dalam mempelajari penyebaran vegetasi atau jenis tumbuhan tertentu di suatu area atau wilayah. Berbagai metode dalam pemetaan telah banyak dikembangkan, dan khusus untuk praktikum ini akan dipelajari metode-metode yang sangat sederhana. (Tim Pembina Ekologi Tumbuhan, 2010)
Metode-metode tersebut yaitu metode pemetaan dengan pengukuran jarak dan arah dan metode pemetaan berdasarkan dua titik konstan. (Sugianto, 1994)
Pada metode pemetaan dengan pengukuran jarak dan arah, digunakan titi-titik yang berfungsi untuk menggambarkan bentuk dari daerah yang akan dipetakan. Jarak antara titi-titik yang berdekatan dihitung, begitu pula arah titi-titik tersebut. Bila digambarkan, metode tersebut sebagai berikut.

5

n 3300 3050 4

dn 600 d3
2 d2 3




Pada pemetaan dengan berdasarkan dua titik konstan, poin yang terpenting yaitu menempatkan dua titik yang horizontal (1800) pada daerah yang akan dipetakan. Kemudian menyebar titik-titik lain diluar titik konstan tersebut dan perhitungan dilakukan untuk jarak titik-titik yang disebar terhadap kedua titik konstan tersebut. Jadi, dua titik konstan yang dibuat tadi mutlak diperlukan dalam metode pemetaan ini.( Ewuise, J. Y. 1990)
Bila digambarkan, maka peta yang akan terbentuk adalah sebagai berikut.

2

700 3
1 550
1000 1100 900
1400
A B
GPS (Global Positioning System) merupakan suatu cara penentuan posisi navigasi global. Di dalam GPS ini digunakan sistem koordinat dimana terdapat dua jenis yaitu sistem koordinat global dan sistem koordinat di dalam bidang proyeksi. Koordinat dalam bidang proyeksi pada umumnya berkaitan dengan sistem proyeksi. Oleh karena itu, digunkan koordinat geografi dalam bidang proyeksi. Beberapa sistem proyeksi yang lazim digunakan di Indonesia adalah proyeksi merkator, proyeksi transverse merkator, UTM, dan kerucut konformal. Tipe-tipe tersebut memiliki juga kelebihan dan kekurangan sehingga ditinjau juga dalam memilih proyeksi berdasarkan tujuan dari pembuatan peta.
Dalam membicarakan sistem koordinat pada bidang proyeksi digunakan datum. Dua macam data yang digunakan dalam pemetaan yaitu datum horizontal dan datu vertikal. Datum horizontal digunakan untuk menentukan koordinat peta,sedangkan datum vertikal digunakan untuk menentukan elevasi.
Metode penelitian di lapangan dilakukan dengan survei di lapangan yang merupakan sebuah kombinasi gambaran ilmiah tentang keadaan suatu tempat, tanah dan vegetasi. Gambaran lokasi: gambaran fisik menyeluruh tentang keadaan tempat tersebut, seperti halnya deskripsi masyarakat lokal mengenai sejarah penggunaannya, arti penting lokasi tersebut untuk beberapa kategori kegunaan yang berbeda, aksesibilitas, nama lokal untuk lokasi tersebut, unit lahan dan vegetasi, dan lain-lain.






Penentuan Kedudukan Pada Peta
Dilakukan dengan cara bergerak menyusuri pohon-pohon sambil memperhatikan perubahan arah belokan pada pepohonan, dibantu dengan tanda-tanda alam tertentu yang terdapat disepanjang area yang akan dipetakan. Ada dua cara yang dapat dipakai untuk menentukan kedudukan:
a) Dengan Bantuan Tanda-Tanda alam
Melakukan penyusuran titik A ke titik B, kemudian pada suatu tempat ditetapkan untuk menentukan kedudukan pada saat ini adalah: melakukan orientasi peta, kemudian amati sekitar medan dengan teliti, mengukur melalui sudut kompas (azimuth) dari lintasan area pepohonan yang pada tiap belokan di depan dan di belakang dengan menggunakan kompas, kemudian gambar situasi area yang telah di dapat, kemudian cari padanannya pada peta
b) Membuat Peta Sendiri
Teknik pelaksanaannya yaitu dengan penaksiran jarak dan pengukuran sudut kompas (azimuth). Sebelum melakukan cara ini, sebaiknya mata kita di latih dahulu untuk menaksir jarak, misalnya untuk jarak 50 meter atau 100 meter. Cara termudah adalah dengan berlatih di jalan raya dengan bantuan sepeda motor atau mobil yang penunjuk jaraknya masih berlaku dengan baik, dapat juga dengan bantuan tiang listrik (setiap 50 meter), patok kecil di sepanjang jalan raya (100 meter). Jika mata sudah terlatih, dapat dipraktekkan pada jalan dalam kota yang banyak belokannya. Untuk sungai di daerah hulu yang sempit dan banyak tikungannya, maka di pakai patokan jarak setiap 50 meter dengan sisa ukuran terkecil adalah 10 meter. Sedangkan untuk sungai di daerah tengah dan hilir yang relatif lebih lebar dan lurus (kecuali pada daerah meander), atau jari-jari belokan besar (sudut belokannya relatif kecil untuk jarak 100 meter), maka dipakai patokan jarak setiap kelipatan 100 meter dengan sisa ukuran terkecil 25 meter. (Anonim 3, 2010)
Jadi membuat sungai menjadi sebuah batang yang terdiri dari banyak ruas panjang dan pendek, yang berbelok-belok sesuai dengan sudutnya. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan sungai adalah : sediakan peralatan yang diperlukan, buat tabel pada kertas yang terdiri dari dua kolom, kolom pertama untuk derajat (azimuth)dan kolom kedua untuk jarak (meter). Bidik kompas pada awal pergerakan, dan taksir jaraknya dengan mata yang sudah terlatih, isikan hasil bidikan pada kolom 1 dan 2. Setelah sampai pada batas yang telah ditentukan dari ruas sungai, lakukan pembidikan dan taksirkan jaraknya kembali, ulangi sampai melampaui 3 belokan sungai, kemudian buat gambar sungai tersebut berdasarkan hasil catatan yang ada pada tabel, skala dapat di misalkan 1 cm untuk 100 meter atau lebih kecil lagi, kemudian cari padanan atau bentuk yang mirip dari gambar sungai yang kita buat dengan peta sungai yang kita bawa, dengan demikian kedudukan kita di peta dapat ditentukan yaitu pada titik terakhir yang kita buat, jika belum di dapat juga ulangi sampai beberapa belokan lagi.
Bersamaan dengan meningkatnya informasi masyarakat tumbuhan timbul keinginan penyajian geograpich. Pemetaan tumbuhan dikembangkan dari sudut pandang berbeda. Daya dorong yang terbesar datang dari penerapan bidang ilmu kehutanan, pertanian, dan manajemen daerah aliran sungai. Manfaat yang nyata peta tumbuhan menjadi banyak dihargai dan semakin banyak hampir di seluruh dunia, dan sebagai hasilnya, penyediaan peta tumbuhan kinidengan cepat berkembangkan. Suatu daftar pustaka internasional peta tumbuhan telah dicompile KUCHLER dan M. C CORM ICK 1905, KUCHLER 1900, 1968; 1970). KUCHLER ( 1967) juga telah ditulis suatu petunjuk pemetaan vegetasi. (Anonim 2, 2010)


BAB 3 METODE PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
Alat:
3.1.1 Kompas lapangan dengan derajat 0-360 derajat (dalam hal ini 0 derajat sama dengan utara, 90 = timur, 180= selatan, 270=barat)
3.1.2 Meteran (panjang 30-50 )
3.1.3 Tonggak/ pancang

3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pemetaan dengan pengukuran jarak dan arah



















3.2.2 Pemetaan berdasarkan dua titik konstan



















BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Pemetaan dengan pengukuran jarak dan arah
Titik-titik Jarak (Meter) Arah (°)
A-B
B-C
C-D
D-A 12,7 m
6,4 m
9,20 m
8,75 m 350o
250o
170o
270o
B-A
C-B
D-C
A-D 12,7 m
6,4 m
9,20 m
8,75 m 100°
70°
350°
85°
Keterangan :
• A adalah tanaman A
• B adalah tanaman B
• C adalah tanaman C
• D adalah tanaman D

3.1.2 Pemetaan berdasarkan dua titik konstan
Titik Kedudukan terhadap titik Jarak terhadap titik (Meter)
A B A B
1. Tumbuhan 1
2. Tumbuhan 2
3. Tumbuhan 3 140°
270°
315º 185º
205º
250º 5,45 m
9 m
13 m 13,5 m
5 m
6 m






2
1
3
o
o



A B
Keterangan:
Kedudukan terhadap titik A:
Jarak 1-A = 5,45 m
Jarak 2-A = 9 m
Jarak 3-A = 13 m
Kedudukan terhadap titik B:
Jarak 1-B = 13,5 m
Jarak 2-B = 5 m
Jarak 3-B = 6 m

3.2 Pembahasan
Praktikum Pemetaan dalam Survei Pendahuluan bertujuan untuk mempelajari pemetaan dalam survey pendahuluan dengan cara mengukur jarak dan arah serta pemetaan dengan menggunakan dua titik konstan. Pemetaan ini digunakan untuk mengetahui letak suatu jenis tumbuhan dan pola penyebarannya dalam suatu wilayah (komunitas).
Untuk melakukan analisis vegetasi ada beberapa metode yang digunakan, selain ada metode yang digunakan untuk menganalisis kualitatif dari vegetasi dan ada pula anilisis kuantitatif terhadap vegetasi. Analisis kualitatif meliputi jumlah, kerapatan, luas penutupan dan lain sebagainya. Sedangkan analisisis yang bersifat kualitatif biasanya digunakan untuk mengetahui penyebaran jenis tumbuhan tertentu di dalam suatu komunitas. Untuk melakukan analisis kualitatif ini dapat digunakan cara pemetaan, yaitu pemetaan dengan mengukur jarak dan arah dan pemetaan dengan menggunakan 2 titik konstan.
Pemetaan dilakukan untuk menentukan letak suatu jenis tumbuhan di suatu area dan mempelajari pola penyebaran vegetasi atau tumbuhan di wilayah tersebut misalnya hutan tropis. Ada 3 macam pola penyebaran vegetasi dalam komunitas yaitu:
1. Pola penyebaran secara acak (random distribution) yaitu pola penyebaran dimana individu-individu menyebar pada beberapa tempat dan mengelompok pada tempat tertentu. Pada tumbuhan pola penyebaran acak ini dapat terjadi karena penghamburan benih oleh angin.






2. Pola penyebaran seragam (uniform distribution) yaitu pola penyebaran dimana individu-individu terdapat pada tempat tempat tertentu dalam komunitasnya dengan jarak yang relatif sama. Penyebaran seperti ini dapat terjadi karena adanya persaingan yang keras antar individu (jenis tumbuhan) untuk memperoleh komponen pemenuh kebutuhan tumbuhan seperti cahaya, nutrisi, air dan sebagainya, serta adanya antagonisme positif yang mendorong pembagian ruang yang sama.







3. Pola penyebaran kelompok (clumped dispertion) yaitu pola penyebaran dimana individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat terpisah atau sendiri. Pengelompokan ini terjadi karena pola reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenimena lain dimana benihbanih cenderung tersusun mengelompok.






Keterampilan dalam pemetaan ini sangat membantu sekali dalam mempelajari penyabaran vegetasi atau jenis tumbuhan tertentu di suatu area atau wilayah. Berbagai metode dalam pemataan telah banyak dikembangkan dan khusus untuk praktikum ini akan mempelajari metode- metode yang sangat sederhana.
Praktikum Pemetaan dalam Survei Pendahuluan ini dilakukan kebun di samping gedung Biologi. Dilakukan dua metode pemetaan sederhana, yaitu Pemetaan dengan metode pengukuran jarak dan arah, serta pemetaan dengan metode berdasarkan dua titik konstan.
Metode pemetaan dengan pengukuran jarak dan arah dilakukan dengan menentukan titik awal pada daerah yang akan dibuat petanya, sehingga susunan titik-titik tersebut menggambarkan bentuk penyebaran tumbuhan di daerah tersebut. Tiap titik merupakan letak dari suatu jenis tumbuhan, kemudian diukur jarak dari satu titik ke tititk yang berikutnya yang berdekatan hingga bertemu kembali ke titik awal.
Selain dilakukan pengukuran jarak juga dilakukan penentuan kedudukan atau arah antar titik-titik tersebut, sehingga kita dapat menentukan tumbuhan mana saja yang merupakan sampel dari analisis yang akan dilakukan yang biasanya berada di suatu hutan yang luas dan pengamatan dilakukan secara berkala. Dengan titik-titik tersebut kita dapat menemukan tumbuhan sama yang mana yang merupakan sampel analisis.
Dari hasil pengukuran pada saat pengamatan, diperoleh data seperti pada data pengamatan yang berupa peta titik-titik dengan kedudukan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan dari kelima titik yang diambil jarak masing- masing tumbuhan berbeda-beda, yaitu :
1. Titik A ke titik B jaraknya 12,7 m dengan arah dari titik A ke titik B sebesar 350° sedangkan dari titik B ke titik A arahnya sebesar 100°.
2. Tanaman pada titik B ke titik C jaraknya 6,4 m dengan arah dari titik B ke titik C sebesar 250° sedangkan dari titik C ke titik B sebesar 70°.
3. Tanaman pada titik C ke titik D jaraknya 9,20 m dengan arah dari titik C ke titik D sebesar 170° sedangkan dari titik D ke titik C sebesar 350°.
4. Tanaman pada titik D ke titik A jaraknya 8,75 m dengan arah dari titik D ke titik A sebesar 270° sedangkan dari titik A ke titik D sebesar 85°.
Ini menunjukkan bahwa penyebaran jenis tumbuhan pada komunitas tersebut adalah tersebar secara acak (random distribution) karena jarak antar tumbuhan satu dengan yang lainnya adalah berbeda-beda dengan kedudukan yang saling berjauhan secara acak. Penyebaran secara acak ini dapat terjadi karena pola penyebaran benih tumbuhan yang mungkin dibantu oleh angin. Tetapi sebenarnya untuk menentukan pola penyebaran suatu jenis tumbuhan diperlukan luasan area sampel yang lebih luas misalnya hutan, karena dengan luas sampel yang kita gunakan tidak dapat kita simpulkan pola penyebaran yang sebenarnya.
Metode pemetaan yang kedua yaitu dengan menggunakan dua titik konstan. Ini dilakukan dengan menentukan dua titik tertentu dimana dari kedua titik tersebut dapat terlihat seluruh daerah yang hendak dipetakan, selanjutnya dari kedua titik tersebut diambil titik-titik yang merupakan letak dari masing-masing tumbuhan yang ada pada wilayah tersebut. Kemudian dilakukan pengukuran jarak dan arah masing-masing titik terhadap titik konstan.
Dari dat hasil pengamatan tentang pemetaan berdasarkan dua titik konstan, dimana dua titik konstan tersebut (A-B) berjarak 12,7 meter diperoleh tiga jenis pohon, yaitu pohon 1, pohon 2 dan pohon 3. Masing-masing pohon memiliki jarak berbeda-beda terhadap dua titik konstan.
Jarak pohon 1 terhadap titik A sebesar 5,45 meter, terhadap titik B sebesar 13,5 meter. Jarak pohon 2 terhadap titik A sebesar 9 meter, terhadap titik B sebesar 5 meter. Jarak pohon 3 terhadap titik A sebesar 13 meter, terhadap titik B sebesar 6 meter.
Arah pohon 1 terhadap titik A sebesar 140°. Arah pohon 2 terhadap titik A sebesar 270°. Arah pohon 3 terhadap titik A sebesar 315°. Arah pohon 1 terhadap titik B sebesar 185°. Arah pohon 2 terhadap titik B sebesar 205°. Arah pohon 3 terhadap titik B sebesar 250°.
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh dapat diketahui bahwa penyebaran tumbuhan adalah acak karena jarak antar tumbuhan relative tidak sama. Dengan metode pemetaan dua titik konstan ini kita lebih mudah untuk melihat posisi dan pola penyebaran sampel-sampel tumbuhan dari arah tepi atau horisontal area.
Dari data kedua cara pemetaan dapat diketahui bahwa penyebaran vegetasi pada lahan praktikum terjadi secara acak.
Penyebaran secara seragam ditunjukkan oleh jarak yang relative sama dari satu pohon terhadap pohon yang lain. Karena terjadi pembagian ruang yang sama akibat adanya suatu persaingan, Misalnya pohon-pohon di hutan yang telah cukup tinggi untuk membentuk bagian tajuk dari hutan dapat memperlihatkan penyebaran seragam, sebab persaingan untuk memperoleh sinar matahari adalah demikian besar, sehingga pohon-pohon cenderung untuk memperjarak diri dengan interval-interval yang teratur.
Penyebaran vegetasi pada daerah tersebut (lahan praktikum) juga tidak dikatakan penyebaran kelompok karena jenis penyebarannya hanya terjadi akibat reproduksi vegetative dan individunya selalu ditemukan secara berkelompok, sedangkan pada hasil pengamatan vegetasi jenis tumbuhan ditemukan sendiri-sendiri secara terpisah.

BAB 5 KSIMPULAN


Dari praktikum dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemetaan dengan pengukuran jarak dan arah dilakukan dengan menentukan titik awal pada daerah yang akan dibuat petanya, sehingga susunan titik-titik tersebut menggambarkan bentuk penyebaran tumbuhan di daerah tersebut. Tiap titik merupakan letak dari suatu jenis tumbuhan, kemudian diukur jarak dari satu titik ke tititk yang berikutnya yang berdekatan hingga bertemu kembali ke titik awal.
2. Metode pemetaan berdasarkan dua titik konstan dilakukan dengan menentukan dua titik tertentu dimana dari kedua titik tersebut dapat terlihat seluruh daerah yang hendak dipetakan, selanjutnya dari kedua titik tersebut diambil titik-titik yang merupakan letak dari masing-masing tumbuhan yang ada pada wilayah tersebut. Kemudian dilakukan pengukuran jarak dan arah masing-masing titik terhadap titik konstan.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim 1. 2010. Survei, Pemetaan dan Sistem Informasi Geografis. Dalam awiryawan@ditjenphka.go.id. (diakses, 30 November 2010).

Anonim 2. 2010. Pemetaan. http://library.usu.ac.id. (diakses, 30 November 2010)

Anonim 3. 2010. Pemetaan. http://pwk.undip.ac.id/d3/Keg_ilmiah/pemetaan.html (diakses, 30 November 2010)

Ewuise, J. Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: ITB Press.

Heddy, Suasono dan Metikurniati, 1994. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. Malang : Raja Grafindo Persada.

Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.

Jumin, Ir. Hasan Basri. 1989. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Jakarta : Rajawali pers.

Mc Naugthon, S.J dan Larry L. Wolf .1998. Ekologi Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Setiadi, D. I. Muhadjono, dan A. Yusron. 1989. Ekologi. Bogor: Depdikbud Dirjen DIKTI PAU IPB.

Sugianto, A. 1994. Ekologi Kwantitatif, Metode Analisis Populasi dan Komunitas.
Surabaya: Usaha Nasional

Tim Pembina Ekologi Tumbuhan. 2010. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Jember : FKIP Biologi UNEJ.

William, G. 1993. Techniques and Fieldworld in Ecology. London: Collins Educational.

Wolf, l. L dan S. J. Menauhton. 1990. Ecology. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. (Terjemahan)

ORIENTASI LISTRIK PADA HEWAN

ORIENTASI LISTRIK HEWAN BAWAH LAUT

Oleh:
Friska Oktaviana (080210103016)
Diana Eka Siskarini (080210193001)
Rachmita Rafikasari (080210193005)
Luh Titis Ayu (080210193020)
Kedawung Senja (080210193047)


Lebih dari 60 persen Bumi kita ditutupi dengan air. Dan yang paling dominan adalah samudra atau lautan. Dengan habitat seperti itu tentunya kita memiliki potensi laut yang sangat besar. Termasuk di dalamnya binatang yang sangat jarang kita temui dan memiliki bentuk yang unik. Salah satunya zona abyssal, tempat yang sangat dalam dan gelap di lautan. Lapisan ini berada di kedalaman 4000 – 6000 meter. Hewan-hewan yang hidup di dalam lapisan ini juga merupakan makhluk hidup yang unik. Tubuh mereka beradaptasi sesuai dengan karakteristik dari lingkungan di zona tersebut. Karakteristik tersebut antara lain cahaya, tekanan, suhu, oksigen, dan makanan. Karena sangat dalam dan gelap, lapisan abyssal tidak mendapat cahaya. Sehingga sebagian besar dari makhluk hidup di lapisan ini memiliki tubuh yang menghasilkan cahaya biru-hijau (bioluminescence). Selain itu, mereka juga memiliki mata yang lebih besar untuk menangkap cahaya lebih banyak.
Lautan merupakan habitat terbesar di bumi. Struktur lantai lautan juga bergunung-gunung, berlembah, dan berpalung seperti didaratan. Semuanya punya sistem kehidupan sendiri-sendiri yang sangat variatif dan beragam. Tergantung tingkat kedalaman air, kemampuan sinar matahari menembus laut, suhu, iklim, dan arus air. Laut dalam merupakan daerah yang tidak pernah diungkapkan dan dijelajahi. Orang banyak mengeksplorasi ke luar angkasa dari pada ke bawah laut. Itulah sebabnya banyak yang tidak mengetahui keajaiban-keajaiban yang ada dilaut.

A. Zona Laut
Para ilmuwan telah membagi lautan menjadi lapisan atau zona yang jelas. Ada kawasan yang disebut perairan dangkal, zona twilight, lautan dalam.


1. Perairan dangkal
Bagian laut yang terdekat dengan kehidupan daratan adalah perairan dangkal yaitu wilayah laut yang dekat dengan tepi pantai. Zona ini mendapat limpahan cahaya matahari yang berkecukupan. Kehidupan di zona ini sangat beragam dan tempat yang paling disukai ikan-ikan yang kita kenal.

2. Zona Twilight
Kedalaman 300 meter yang ada pada laut merupakan daerah yang tidak dapat tertembus oleh sinar matahari, sehingga suasana pada kedalaman tersebut adalah gelap, kemudian pada kedalaman tersebut tekanan bertambah dan suhu airpun menurun. Zona yang demikian disebut “Twilight Zone”. Pada zona ini semua hewan laut terlihat transparan atau tembus pandang, hal tersebut merupakan sebuah mekanisme bertahan hidup makhluk-makhluk laut agar tidak dengan mudah dimangsa. Oleh sebab itulah pada “Twilight Zone” sebisa mungkin hewan-hewan laut untuk tidak terlihat, terutama oleh pemangsa. Zona ini bisa dikatakan batas jangkauan matahari mampu menembus lapisan lautan. Karena itu kehidupan di sini mulai sedikit, namun masih bisa ditinggali jenis-jenis bunga karang. Ikan berukuran besar juga suka berada di antara zona twilight ini atau mengapung di permukaan laut dalam.
Contoh dari hewan-hewan laut yang mampu hidup pada Zona Twilight adalah Phronima, Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan Hatchet. Dalam ekosistem dasar laut sebisa mungkin mereka dapat memperoleh sumber energi atau makanan agar dapat bertahan hidup, oleh karena itu beberapa ikan yang hidup di ekosistem ini dilengkapi keahlian khusus agar dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan mangsa, seperti Ikan Fang Tooth yang memiliki tingkat agresifitas yang tinggi sehingga ketika ada mangsa yang lewat didepannya ia langsung dapat dengan cepat memakannya, karena memang tidak banyak hewan laut yang mampu hidup dalam ekosistem ini. Kemudian contoh lainnya adalah Ikan Hairyangler yang tubuhnya dipenuhi dengan atena sensitif, antena tersebut sangat sensitif sekali terhadap setiap gerakan, fungsinya untuk mendeteksi mangsa yang ada didekatnya.


3. Zona Laut Dalam
Zonasi lautan yang paling gelap dan dingin adalah laut dalam (termasuk palung laut). Masih sedikit sekali yang diketahui tentang kehidupan di zona ini.
Ekosistem Laut Dalam merupakan zona pelagik laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m dari permukaan laut. Sehingga tidak ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu produsen utama di ekosistem ini merupakan organisme kemoautrotof. (anonim, olhazone.blogspot.com)


Lautan dalam adalah zonasi yang paling misterius dan sangat tidak ramah. Suasanananya seram, gelap, pekat. Kegelapannya hampir serupa dengan lubang gua terdalam di bumi. Kegelapan abadi di laut dalam terjadi karena sinar matahri tak bisa menembusnya. Cahaya “kehidupan” itu hanya bisa mencapai kedalaman 1.000 meter. Ini berpengaruh pula pada suhunya yang sangat dingin dan tekanan air yang luar biasa besar. Hewan laut akan tampak transparan dalam zona laut dalam.

Bioluminescence

Cumi-cumi yang terlihat transparan di Laut Dalam

B. Penerimaan Rangsang Listrik oleh Elektroreseptor
Sejumlah hewan terutama ikan hiu, ikan pari, dan ikan berkumis sejenis lele, mmepunyai kemampuan mendeteksi medan elektrik kecil yang dihasilkan oleh hewan lain. Medan elektrik yang demikian itu, dihasilkan oleh aktivitas otot dan berfungsi untuk mendeteksi adany musuh maupun makanan. Alat penerimaan rangsang berupa medan listrik disebut elektroreseptor. Elektroreseptor yang telah banyak dipelajari adalah reseptor yang terdapat pada gurat sisi dan ampula Lorenzini (dimiliki oleh ikan hiu dan ikan pari). Elektroreseptor pada ikan hiu kecil dapat mendeteksi medan listrik yang lemah (hanya 10 mV per cm2).
Medan listrik yang dhasilkan oleh suatu individu timbul dari organ listrik atau organ elektrik. Organ elektrik dimiliki oleh kebanyakan hewan akuatik, terutama ikan (ikan listrik/elektrik). Ikan tersebut dapat menghasilkan medan listrik secara terus menerus ke lingkungannya. Apabila berdekatan dengan ikan lain yang juga mengeluarkan medan listrik keduanya dapat saling merasakan adanya gangguan pada medan listrik yang dihasilkan masing-masing. Gangguan pada medan elektrik ini akan dideteksi oleh elektroreseptor. Dengan cara seperti itu, ikan dapat menyadari kehadiran hewan lain di dekatnya. Apabila objek yang ada di dekatnya merupakan benda tak hidup (berarti tidak menghasilkan medan listrik), hewan tersebut tidak akan merasakan adanya gangguan pada medan listrik yang dihasilkannya. (Isnaeni, 2010)
Hewan yang mampu memancarkan sinyal listrik lemah adalah sebagai berikut:
• Belut Listrik
• Lele Listrik
• Ikan pari Listrik
Hewan yang mampu memancarkan sinyal listrik kuat adalah hewan berikut ini:
• Ikan pisau
• Ikan gajah
Selain itu ada hewan yang mampu mendeteksi sinyal listrik, yaitu sebagai berikut:
• Hiu
• Platipus
• Ikan pari
• Lele




C. Manfaat Organ Listrik
Adanya organ listrik pada hewan memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan hewan tersebut. Manfaat adanya organ listrik adalah sebagai berikut:
1. Sensor lingkungan
Dengan adanya organ listrik memungkinkan hewan untuk mendeteksi keadaan lingkungan di sekitarnya. Terutama jika ada bahaya yang mengancam keselamatan dirinya. Selain itu bisa juga untuk mencari makanan.
2. Konduktivitas
Organ listrik pada hewan bermanfaat untuk merespon atau menghantarkan sinyal-sinyal yang diperoleh dari lingkungan maupun dari dalam dirinya.
3. Pengakuan anggota spesies
Dengan adanya organ listrik, hewan bisa merespon sinyal-sinyal yang diberikan oleh hewan sejenisnya. Hal ini bermanfaat bagi kelompok hewan tersebut untuk mengantisipasi adanya bahaya dari lingkungan maupun hewan predator.
4. Menemukan pasangan kawin
Sinyal listrik yang dipancarkan oleh hewan, berlaku spesifik hanya untuk hewan sejenisnya. Dengan adanya organ listrik, hewan dapat mengetahui atau mendeteksi pasangan hewan yang siap kawin.

D. Orientasi Listrik Hewan Bawah Laut
Reseptor elektromagnetik mendeteksi berbagai bentuk energi elktromagnetik, seperti cahaya tampak, listrik, dan magnetisme. Fotoreseptor yang mendeteksi radiasi yang disebut cahaya tampak, sering kali diorganisasikan sebagai mata. Ular memilki reseptor inframerah yang sangt sensitif yang mendeteksi panas tubuh mangsa yang berada di lingkungan yang dingin.
Pembentukan arus listrik terjadi pada sebagian besar ikan. Arus listrik ini diperlukan untuk orientasi, komunikasi dan interaksi hewan akuatik tertentu.
Sesungguhnya pembentukan arus listrik (elektrogenesis dapat terjadi) pada semua sistem reseptor, tetapi pelepasan arus listrik oleh efektor hanya ditemukan pada beberapa jenis ikan. Arus listrik pada ikan dihasilka oleh organ elektrik. Arus listrik ini berfungsi untuk keperluan orientasi, komunikasi, dan interaksi antar hewan akuatik tertentu.
Organ elektrik yang paling terkenal adalah yang terdapat pada belut listrik dari sungai Nil (Electrophorus elecricus). Apabila merasa terancam, hewan ini akan menghasilkan dan melepaskan arus listrik yang mencapai 750 volt sehingga dapat membunuh hewan lain yang besarnya hampir sama dengan ukuran manusia dewasa.
Ikan listrik memiliki satu dari dua pola debit listrik, yang keduanya dihasilkan dari jaringan otot diubah biasanya dekat ekor atau dari jaringan dekat mata. Ikan Pulse (Clickers) memancarkan pulsa elektrik yang berlangsung sekitar satu milidetik yang berjarak sekitar 23m. Pulsa ini menciptakan kesenjangan impuls di sekitar mereka.
Organ elektrik disebut elektroblas atau plak. Plak berupa lempengan tipis serupa wafer. Plak terdiri atas badan neuromineral yang terhubung dengan sistem saraf dan otot. Terdiri dari dua sisi, yakni sisi depan dan sisi belakang.
Organ elektrik tersusun atas unit fungsional berupa lempengan tipis seperi wafer, yang disebut electroplak atau elektoplat atau electrosit atau plak. Setiap unit plak merupakan badan mioneural, hasil modifikasi dari sel otot atau kadang-kadang dari sinaps antara saraf dan otot atau fdari ujung akson. Badan mioneural ialah bangunan / struktur yang memiliki sifat seperti saraf dan otot atau mengandung komponen saraf dan otot. Setiap plak memiliki dua sisi yang sifatnya berbeda sisi yang satu menghadap kearah ekor, mampu menanggapi rangsang, disebut innervated face. Sisi yang lain menghadap kearah kepala dan tidak mampu menanggapi rangsang disebut non innervated face. Jumlah plak yang dimiliki hewan bervariasi, tergantung pada jenis dan ukurannya.
Otot kerangka tertentu dari ikan seperti listrik, dalam perjalanan evolusi telah berkembang menjadi alat listrik yang mampu melepaskan pulsa energi listrik. Belut listrik Elektrophorus, dapat membangkitkan pulsa lebih dari 500 volt. Pada ikan lainnya pulsa listrik yang ditimbulkan sangat lemah. Para peneliti telah menemukan bahwa pulsa lemah ini merupakan bagian dari sitem kendali listrik. Spesies ikan tertentu hidup dalam air yang begitu keruh sehingga mata dapat dikatakan tidak berguna. Sebagai cara orientasi, ikan tersebut membuat medan listrik pulsa disekitar tubuhnya yng dihasilkan oleh organ listrik khusus. Medan lisrtik yang ditimbulkan tersebut menjadikan ekor ikan bersifat negatif terhadap kepala . tipa benda yang ada dalam lingkungan mempunyai konduktivitas listrik yang berbeda dengan air akan mengganggu medan dan perubahan ini dapat diketahui dengan indra khusus dalam sistem gurat lateral. Pada sebagian ikan sistem tersebut mendeteksi getaran frekuensi rendah dari gerakan dalam air. (villee, 1999:283).
Ikan listrik menghasilkan guncangan tenaga listrik ke setrum mangsa mereka dan untuk membela diri dari serangan. Guncangan yang dihasilkan oleh otot-otot khusus yang mungkin mengambil sebagian besar tubuh ikan. Alih-alih memproduksi gerakan, seperti otot biasa, otot-otot ini menghasilkan impuls listrik. Impuls cukup kuat untuk melumpuhkan mangsanya seperti ikan, katak dan krustasea, dan untuk menjaga musuh di teluk.
Jamming Aviodance Respon (JAR) adalah mekanisme yang sangat penting bagi ikan listrik. Ketika dua ikan dengan frekuensi yang sama hampir saling bertemu, satu mengubah frekuensi untuk menjadi sedikit lebih tinggi dan mengubah lain untuk menjadi sedikit lebih rendah.
1. Belut Listrk
Belut listrik adalah ikan listrik yang paling kuat. Ia tinggal di sungai di Amerika Selatan, dan tumbuh dengan panjang lebih dari tujuh kaki. Hal ini tidak bisa melihat dengan baik dan mengirimkan impuls listrik lemah untuk membantu menemukan objek. Ketika menyerang mangsanya, menghasilkan guncangan dari 200 sampai 300 volt pada arus setengah satu ampere, cukup untuk setrum seorang pria, meskipun tidak untuk membunuhnya.

Belut listrik (Electrophorus electricus) adalah ikan, panjang seperti ular yang dapat menghasilkan listrik (itu bukan belut benar). Hal ini dapat menghasilkan sengatan listrik 600-volt. Satu shock dari belut listrik tidak akan membunuh seseorang, tetapi guncangan akan diulang. belut listrik ditemukan di lembah Sungai Amazon dan bagian lain di Amerika Selatan. Belut listrik mereproduksi oleh bertelur (itu yg menelur). Ini bukan belut benar.

Belut listrik tumbuh menjadi hampir 8 kaki (2,5 m) panjang. Sebagian besar organ internal di depan 1 / 5 dari ikan ini, seluruh tubuh berisi organ-organ yang menghasilkan listrik (otot dimodifikasi). Timbangan yang menutupi bagian tubuh yang kecil. Mata kecil, dan karena hal ini usia ikan, visi berkurang. Dengan usia, meningkat ampere listrik ikan shock. Belut listrik bisa hidup di stagnan, perairan yang kekurangan oksigen, insang perusahaan dimodifikasi menjadi "paru-seperti" organ, dan belut listrik harus permukaan sesekali menelan udara.

Belut listrik memakan ikan lainnya. Ia mendapat mangsa dengan mengejutkan dengan listrik.

2. Gymnotus
Ikan listrik lainnya yang tidak begitu kuat adalah gymnotus . gymnotus ini adalah ikan belut-seperti juga dari sungai Amerika Selatan. Kehidupan ikan patin listrik di sungai Afrika dan sinar listrik di Samudra Atlantik bagian timur dan Laut Mediterania.

3. Ikan Pari
Ikan Pari merupakan ikan Bioluminesen. Bioluminesen adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil oksidasi dari berbagai substrat dalam memproduksi enzim. Susunan substratnya lusiferin, dan enzim yang sangat sensitive sebagai katalisator oksidasi, disebut lusiferase.
Bioluminesen diproduksi oleh bakteri, jamur ataupun binatang invertebrate. Diantara hewan bertulang, hanya ikan yang mampu memproduksi sinar. Organ luminesen ditemukan pada ikan pari berlistrik dan beberapa ikan tulang keras khsusnya ikan yang tinggal di laut dalam.

Adanya organ yang memproduksi sinar ini dapat digunakan untuk menaksir kadalaman laut, dimana ikan tersebut tinggal. Ini dimaksudkan juga bahwa ikan tersebut memproduksi sinar untuk mendapatkan makanan, mengacaukan musuh, menerangi lingkungan ataupun menarik perhatian lawan jenisnya. Semua ini masih dugaan, akan tetapi pada prinsipnya berfungsi untuk mendapatkan “penghargaan” antar indivdu dalam satu jenis.
Ikan memproduksi bioluminesen dengan 2 cara, yaitu oleh pori-pori yang bercahaya ataupun organ bersimbiose dengan bakteri pengahasil sinar. Intensitas bioluminesen mungkin bertambah atau berkurang. Cara lain dalam memproduksi sinar bergantung pada ekspansi dan kontraksi kromatofora pada permukaan kulit.
Pari adalah ikan dengan sirip datar dan menyerupai sayap. Matanya terletak dibagian atas tubuhnya dan mulutnya terletak dibagian bawah tubuhnya. Pari sering berbaring didasar laut, setengah terbenam didalam lumpur sambil menunggu kerang dan ikan untuk dimangsa. Mereka hidup didalam lautan diseluruh dunia. Terutama di perairan hangat. Pari torpedo sering disebut dengan pari listrik. Mereka menyengat mangsanya . listrik ini dihasilkan oleh otot-otot yang ada dibagian kepalanya. Kekuatan listrik pari torpedo bisa mencapai 220 volt untuk membuat pingasan manusia dewasa.
Pari hantu juga disebut ikan hantu karena ia memiliki tanduk, tanduk pari hantu menggiring binatanhg kecil seperti plankton masuk kemulutnya. Pari hantu lebarnya lebih dari 7 m, dia sering melompat kepermukaan laut untuk menyingkirkan hewan-hewan laut yang kecil yang menempel ditubuhnya.
Organ listrik tersebut tidak menyengat dirinya sendiri, hal tersebut sulit untuk dipahami meskipun ada dua penjelasan, yaitu bahwa system saraf ikan selalu diseliputi oleh lemak dan arus listrik mengalir selalu tegak lurus. (Anonim, Myaluzz's.blogspot.com)

4. Ikan pisau kaca (knifefish kaca)
Ikan pisau kaca memancarkan sinyal listrik lemah. Ini adalah subjek yang luar biasa untuk mempelajari bagaimana otak menggunakan informasi sensorik untuk mengontrol tenaga. Karena hampir transparan, pisau terbentuk.

Seperti anggota lain dari ordo Gymnotiformes, Kaca Knifefish memiliki organ yang berkembang dengan baik dan sinyal listrik lemah yang membantu manuver bermanfaat.
Jenis ikan ini melakukan sesuatu yang luar biasa: ia memancarkan sinyal-sinyal listrik lemah yang digunakan untuk "melihat" dalam gelap. Menurut Fortune, beberapa karakteristik, listrik membuat ikan ini menjadi subjek yang luar biasa untuk studi tentang bagaimana otak menggunakan informasi sensorik untuk mengontrol tenaga.
Jenis ikan ini melakukan sesuatu yang luar biasa, yaitu memancarkan sinyal-sinyal listrik lemah yang digunakan untuk "melihat" dalam gelap. Menurut Fortune, beberapa karakteristik, termasuk pengertian ini listrik, membuat ikan ini subjek yang luar biasa untuk studi tentang bagaimana otak menggunakan informasi sensorik untuk mengontrol tenaga.


DAFTAR PUSTAKA


Anonim, Ekosistem. http://olhazone.blogspot.com (diakses pada 03 November 2010)

Anonim. Ekosistem Air Laut. http://kambing.ui.ac.id (diakses pada 03 November 2010)

Anonim. Ekosistem Laut Dalam (Deep Sea) yang Menakjubkan. http://eduprisma.blog.uns.ac.id (diakses pada 03 November 2010).

Campbell, Neil A. 2003. Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga.

Isnaeni, Dra.Wiwi, M.S. Fisiologi Hewan. dalam http://books.google.co.id (diakses pada 04 November 2010)

Ville, Claude A. 1999. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga. (terjemahan oleh Prof. Dr. Nawangsari Sugiri).

Jumat, 19 November 2010

Badan Mikro

Penelitian menunjukkan bahwa satuan unit terkecil dari kehidupan adalah Sel. Kata "sel" itu sendiri dikemukakan oleh Robert Hooke yang berarti "kotak-kotak kosong", setelah ia mengamati sayatan gabus dengan mikroskop.
Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang dinamakan Protoplasma. Istilah protoplasma pertama kali dipakai oleh Johannes Purkinje; menurut Johannes Purkinje protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu Sitoplasma dan Nukleoplasma
Robert Brown mengemukakan bahwa Nukleus (inti sel) adalah bagian yang memegang peranan penting dalam sel,Rudolf Virchow mengemukakan sel itu berasal dari sel (Omnis Cellula E Cellula).
Secara anatomis sel dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
1. Selaput Plasma (Membran Plasma atau Plasmalemma).
2. Sitoplasma dan Organel Sel.
3. Inti Sel (Nukleus).

1. Selaput Plasma (Plasmalemma)
Yaitu selaput atau membran sel yang terletak paling luar yang tersusun dari senyawa kimia Lipoprotein (gabungan dari senyawa lemak atau Lipid dan senyawa Protein).
Lipoprotein ini tersusun atas 3 lapisan yang jika ditinjau dari luar ke dalam urutannya adalah:
Protein - Lipid - Protein Þ Trilaminer Layer
Lemak bersifat Hidrofebik (tidak larut dalam air) sedangkan protein bersifat Hidrofilik (larut dalam air); oleh karena itu selaput plasma bersifat Selektif Permeabel atau Semi Permeabel (teori dari Overton).
Selektif permeabel berarti hanya dapat memasukkan /di lewati molekul tertentu saja.
Fungsi dari selaput plasma ini adalah menyelenggarakan Transportasi zat dari sel yang satu ke sel yang lain.
Khusus pada sel tumbahan, selain mempunyai selaput plasma masih ada satu struktur lagi yang letaknya di luar selaput plasma yang disebut Dinding Sel (Cell Wall).
Dinding sel tersusun dari dua lapis senyawa Selulosa, di antara kedua lapisan selulosa tadi terdapat rongga yang dinamakan Lamel Tengah (Middle Lamel) yang dapat terisi oleh zat-zat penguat seperti Lignin, Chitine, Pektin, Suberine dan lain-lain
Selain itu pada dinding sel tumbuhan kadang-kadang terdapat celah yang disebut Noktah. Pada Noktah/Pit sering terdapat penjuluran Sitoplasma yang disebut Plasmodesma yang fungsinya hampir sama dengan fungsi saraf pada hewan.
2. Sitoplasma dan Organel Sel
Bagian yang cair dalam sel dinamakan Sitoplasma khusus untuk cairan yang berada dalam inti sel dinamakan Nukleoplasma), sedang bagian yang padat dan memiliki fungsi tertentu digunakan Organel Sel.
Penyusun utama dari sitoplasma adalah air (90%), berfungsi sebagai pelarut zat-zat kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kirnia sel.
Organel sel adalah benda-benda solid yang terdapat di dalam sitoplasma dan bersifat hidup(menjalankan fungsi-fungsi kehidupan).
a. Retikulum Endoplasma (RE.)
Yaitu struktur berbentuk benang-benang yang bermuara di inti sel.
Dikenal dua jenis RE yaitu :
 RE. Granuler (Rough E.R)
 RE. Agranuler (Smooth E.R)
Fungsi R.E. adalah : sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu sendiri. Struktur R.E. hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
b. Ribosom (Ergastoplasma)
Struktur ini berbentuk bulat terdiri dari dua partikel besar dan kecil, ada yang melekat sepanjang R.E. dan ada pula yang soliter. Ribosom merupakan organel sel terkecil yang tersuspensi di dalam sel.
Fungsi dari ribosom adalah : tempat sintesis protein.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
c. Miitokondria (The Power House)
Struktur berbentuk seperti cerutu ini mempunyai dua lapis membran.
Lapisan dalamnya berlekuk-lekuk dan dinamakan Krista
Fungsi mitokondria adalah sebagai pusat respirasi seluler yang menghasilkan banyak ATP (energi) ; karena itu mitokondria diberi julukan "The Power House".
d. Lisosom
Fungsi dari organel ini adalah sebagai penghasil dan penyimpan enzim pencernaan seluler. Salah satu enzi nnya itu bernama Lisozym.
e. Badan Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom)
Organel ini dihubungkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa.
Organel ini banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal.
f. Sentrosom (Sentriol)
Struktur berbentuk bintang yang berfungsi dalam pembelahan sel (Mitosis maupun Meiosis). Sentrosom bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
g. Plastida
Dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Dikenal tiga jenis plastida yaitu :
a) Lekoplas
(plastida berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan),terdiri dari:
 Amiloplas (untak menyimpan amilum) dan,
 Elaioplas (Lipidoplas) (untukmenyimpan lemak/minyak).
 Proteoplas (untuk menyimpan protein).
b) Kloroplas
yaitu plastida berwarna hijau. Plastida ini berfungsi menghasilkan
klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
c) Kromoplas
yaitu plastida yang mengandung pigmen, misalnya :
 Karotin (kuning)
 Fikodanin (biru)
 Fikosantin (kuning)
 Fikoeritrin (merah)
h. Vakuola (RonggaSel)
Beberapa ahli tidak memasukkan vakuola sebagai organel sel. Benda ini dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Selaput pembatas antara vakuola dengan sitoplasma disebut Tonoplas
Vakuola berisi :
 garam-garam organik
 glikosidatanin (zat penyamak)
 minyak eteris (misalnya Jasmine pada melati, Roseine pada mawar
Zingiberine pada jahe)
 alkaloid (misalnya Kafein, Kinin, Nikotin, Likopersin dan lain-lain)enzimbutir-butir pati
Pada boberapa spesies dikenal adanya vakuola kontraktil dan vaknola non kontraktil.
i. Mikrotubulus
Berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan sebagai "rangka sel".
Contoh organel ini antara lain benang-benang gelembung pembelahan Selain itu mikrotubulus berguna dalam pembentakan Sentriol, Flagela dan Silia.
j. Mikrofilamen
Seperti Mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel.
k. Peroksisom (Badan Mikro)
Ukurannya sama seperti Lisosom. Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).

3. Inti Sel (Nukleus)
Inti sel terdiri dari bagian-bagian yaitu :
a. Selaput Inti (Karioteka)
b. Nukleoplasma (Kariolimfa)
c. Kromatin / Kromosom
d. Nukleolus(anak inti).
Berdasarkan ada tidaknya selaput inti kita mengenal 2 penggolongan sel yaitu :
 Sel Prokariotik (sel yang tidak memiliki selaput inti), misalnya dijumpai pada bakteri, ganggang biru.
 Sel Eukariotik (sel yang memiliki selaput inti).
 Fungsi dari inti sel adalah : mengatur semua aktivitas (kegiatan) sel, karena di dalam inti sel terdapat kromosom yang berisi ADN yang mengatur sintesis protein.


Gbr. a. Ultrastruktur Sel Hewan, b. Ultrastruktur Sel Tumbuhan

Badan mikro merupakan organel-organel kecil di dalam sitoplasma, yang mengandung enzim katalase dan oksidase. Diameter sekitar 400 nm. Bentuk bulat atau lonjong dan bersistem membran. Dibedakan 2 kelompok badan mikro yaitu peroksisom dan glioksisom.
Peroksisom berfungsi menetralkan peroksida (H2O2), yang berbahaya bagi kehidupan sel menjadi air dan oksigen. Glioksisom selain mengandung katalase dan oksidase juga berisi enzim yang berfungsi pada daur glioksisat. Pada sel hewan badan mikro letaknya tersebar di sekitar retikulum endoplasma. Pada tumbuhan badan mikro terletak berdekatan dengan kloroplas dan berfungsi dalam fotorespirasi, yaitu respirasi tumbuhan yang diaktifkan oleh cahaya dan melibatkan metabolisme.
Peroksisom merupakan organel purbakala yang melakukan semua metabolisme oksigen di dalam sel eukariot primitif. Produksi oksigen oleh bakteri fotosintetik akan terakumulasi di atmosfer. Hal ini menyebabkan oksigen menjadi toksik bagi sebagian sel. Peroksisom berperan menurunkan [oksigen] dalam sel dan melakukan reaksi oksidatif. Perkembangan mitokondria membuat peroksisom kurang terpakai. Sebagian besar fungsi peroksisom diambil alih mitokondria. Yang tersisa hanya fungsi penting yang tidak dapat dilakukan mitokondria.
Peroksisom adalah kantong yang memiliki membran tunggal. Peroksisom berisi berbagai enzim dan yang paling khas ialah enzim katalase. Katalase berfungsi mengkatalisis perombakan hydrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida merupakan produk metabolism sel yang berpotensi membahayakan sel. Peroksisom juga berperan dalam perubahan lemak menjadi karbohidrat. Peroksisom terdapat pada sel tumbuhan dan sel hewan. Pada hewan, peroksisom banyak terdapat di hati dan ginjal, sedang pada tumbuhan peroksisom terdapat dalam berbagai tipe sel.
Glioksisom hanya terdapat pada sel tumbuhan, misalnya pada lapisan aleuron biji padi-padian. Aleuron merupakan bentuk dari protein atau kristal yang terdapat dalam vakuola. Glioksisom sering ditemukan di jaringan penyimpan lemak dari biji yang berkecambah. Glioksisom mengandung enzim pengubah lemak menjadi gula. Proses perubahan tersebut menghasilkan energi yang diperlukan bagi perkecambahan.



Gbr. Penampang Peroksisom (Salah satu Badan mikro)











Gbr. Penampang Sel Hewan. Peroksisom ada di dalamnya.

Minggu, 05 September 2010

Untitle

sebuah catatan panjang dari setumpuk keluh yang meradang.

Ruang berukuran 3x5 m tempat aku biasa menyibukkan diri selain kuliah, kini terasa seperti kuburan, tempat dimana mayat-mayat bergelimpangan. Diam-diam aku mulai merasakan kengerian di tempat ini.
Ruang itu telah kehilangan pesonanya untuk dijadikan alasan sebagai tempat untuk menenangkan diri. Mungkin benar, tempat paling sunyi dan tenang itu adalah di kuburan. Dan disanalah kuburan itu. Setiap yang kutemui disana tampak seperti mayat-mayat dengan nisan yang teronggok tanpa suara. Aku merasa sangat muak. Semua mata disana tampak seperti lampu 5 watt yang mulai redup, hanya mampu menyinarkan keremangan.
Tak jauh berbeda dengan ruang 5x6 m di sebelahnya; ruang yang sejak April 2009 lalu menjadikan aku banyak bertemu dengan serpihan-serpihan embun yang menebarkan bau basah penuh kelembutan. Aku sempat terlena, merasa bangga karena ku bisa menjadi bagian dari ruangan itu. Ya, setidaknya sesekali aku perlu memberikan reward untuk diriku sendiri. Aku mendapatkan semuanya dengan susah payah. Tidak ada yang kebetulan. Tapi ruangan itu kini bagaikan warung yang hanya menyediakan nasi basi, bagi orang-orang gila profesi dan posisi. Aku kekurangan nutrisi. Hanya benih-benih penyakit yang masuk ke tubuhku. Benih-benih penyakit yang akan menggerogoti batin dan ragaku menuju ujung maut. Serpihan embun itu pun perlahan sirna, memporak-porandakan seluruh aliran darah segar di tubuhku, membuyarkan konsentrasi syarafku, melambatkan denyut nadi dan meretakkan makna-makna.
Kedua ruangan itu benar-benar telah membunuhku perlahan-lahan. Ya, aku telah salah memilih ladang tempatku tumbuh dan berkembang. Aku kekurangan nutrisi.
Tuhan... aku tak mampu berbohong lagi. Hati dan jiwaku tidak sebodoh kebohongan yang aku ciptakan. Hatiku mulai tahu bahwa aku terlalu jauh mengubur diri. Semua tidak sesederhana yang aku yakinkan. Jiwaku tau... ini bukan lelucon, ini juga bukan emosi sesaat. Hatiku tau, ini adalah penguburan hidup-hidup suatu cita, pengungkungan yang begitu kejam.
Tuhan... apakah aku salah memilih?

Untitle

Januari telah berlalu dengan senyumnya yang meruntuhkan semua kegembiraaan yang pernah kurangkai dengan susah payah. Tuhan... jangan biarkan aku mengeluh! Aku harus tetap kuat, Tuhan. Kau menghadirkan semua ini bukan untuk membuatku lemah. Itu kan maksud-Mu, Tuhan? Aku t’lah menemukan jawabannya. Mungkin ini tidak rasional menurut semua orang, tapi pemikiran dan perenunganku t’lah sampai pada titik puncak keyakinan, Kau tidak mungkin salah memperhitungkan! Kau lebih jeli memperhitungkan hidupku daripada aku. Kau pasti t’lah mengatur semuanya, Tuhan! Bukankah Engkau selalu penuh perhitungan, selalu teliti?? Keputusan-Mu bukan keputusan yang sering kuambil tanpa analisis sebab akibat.
Aku tidak akan pernah mengatakan bahwa Kau tidak adil, karena Engkau Maha Adil. Aku hanya akan berkata, ”Kebahagiaan itu belum saatnya!”. Aku akan selalu berkata demikian, tiap sinar bintang itu menjauh. Aku akan selalu berkata demikian tiap kali hati ini mulai lelah. Kau tahu, Tuhan, aku tidak ingin mneinggalkan segala kejenuhan dunia ini dengan penyerahan. Aku tidak ingin menghadap-Mu dengan setumpuk sesal. Aku akan memulainya lagi.

Sabtu, 29 Mei 2010

Regenerasi

oleh:
Senja&Diana


BAB I PENDAHULUAN


Pertumbuhan pada hewan dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
1. Fase Embrionik
Adalah fase pertumbuhan zigot hingga terbentuknya embrio. Fase ini meliputi beberapa tahapan:
a. Fase Pembelahan (Cleavage) dan Blastulasi
Pembelahan zigot membelah (mitosis) menjadi banyak blastomer. Blastomer berkumpul membentuk seperti buah arbei disebut Morula.
Morula mempunyai 2 kutub, yaitu:
1. kutub hewan (animal pole)
2. kutub tumbuhan (vegetal pole)
Blastulasi sel-sel morula membelah dan "arbei" morula membentuk rongga (blastocoel) yang berisi air, disebut Blastula.
b. Gastrulasi
Adalah proses perubahan blastula menjadi gastrula.
Pada fase ini:
• blastocoel mengempis atau bahkan menghilang;
• terbentuk lubang blastopole, yang akan berkembang menjadi anus;
• terbentuk ruang, yaitu gastrocoel (Archenteron), yang akan berkembang menjadi saluran pencernaan;
• terbentuk 3 lapisan embrionik: ektoderm, mesoderm dan endoderm.
Berdasarkan jumlah lapisan embrional, hewan dikelompokkan menjadi:
 Hewan diploblastik, hewan yang memiliki 2 lapisan embrional, ektoderm dan endoderm
 Hewan triploblastik, hewan yang memiliki ketiga lapisan embrional
a. triploblastik aselomata : tak memiliki rongga tubuh
b. Triploblastik pseudoselomata : memiliki rongga tubuh yang semu
c. Triploblastik selomata: memiliki rongga tubuh yang sesungguhnya, yaitu basil pelipatan mesoderm
c. Morfogenesis
Proses pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi menjadi organ, sistem organ dan organisme.
d. Diferensiasi dan Spesialisasi Jaringan
• Pada fase diferensiasi, jaringan/lapisan embrionik akan berkembang menjadi berbagai organ dan sistem organ.
• Pada fase spesialisasi, setiap jaringan akan mempunyai bentuk, struktur dan fungsinya masing-masing.
e. Imbas Embrionik
Diferensiasi dari suatu lapisan embrionik mempengaruhi dan dipengaruhi oleh diferensiasi lapisan embrionik lain.

2. Fase Pasca Embrionik
Fase pasca embrionik secara umum meliputi metamorfosis dan regenerasi.

Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara makhluk yang satu dengan yang lainnya. Masing-masimg dari mahkluk hidup tersebut akan tumbuh dan berkembang dari bentuk atau sususnan yang sederhana menjadi susunan yang lebih kompleks. Selain memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang mahkluk hidup juga memiliki kemampuan untuk menumbuhkan dan memperbaiki bagian tubuh yang rusak, lepas, terpisah, hilang ataupun mati dengan cara memperbaiki sel, jaringan atau bagian tubuh yang rusak tadi sehingga menjadi individu baru yang lengkap atau kembali seperti semula. Kemampuan tersebut disebut sebagai regenerasi.
Setiap larva dan hewan dewasa mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh mereka yang secara kebetulan hilang atau rusak terpisah. Kemampuan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang ini disebut regenerasi. Kemampuan setiap hewan dalam melakukan regenerasi berbeda-beda. Hewan avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih tinggi daripada hewan vertebrata (Majumdar, 1985).
Cicak adalah sebagai salah satu contoh dari sekian banyak makhluk hidup yang mempunyai kemampuan dalam regenerasi organ. Cicak akan memutuskan ekornya bila merasa dirinya dalam keadaan bahaya atau menghadapi musuh. Ekor yang diputuskan tersebut akan tergantikan kembali melalui proses regenerasi organ yang memerlukan waktu tertentu dalam proses pembentukannya. Regenerasi adalah proses memperbaiki bagian yang rusak kembali seperti semula. Cicak memiliki daya regenerasi yang terdapat pada ekornya. Daya regenerasi pada berbagai organisme tidak sama karena ada yang rendah sekali dayanya dan ada yang tinggi. Vertebrata paling rendah daya regenerasinya dibandingkan dengan avertebrata. Sub phylum dari vertebrata yang paling tinggi daya regenerasinya adalah urodela. Reptilia daya regenerasinya hanya terbatas pada ekornya saja.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Regenerasi
Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula. Kerusakan itu bervariasi. Ada yang ringan, seperti luka dan memar; ada yang sedang, yang menyebabkan ujung sebagian tubuh terbuang; dan ada yang berat yang menyebabkan suatu bagian besar tubuh terbuang.
Menurut Balinsky (1981), suatu organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau experimen. Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi.

2.2 Daya Regenerasi
Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan ada yang rendah sekali dayanya. Hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasinya belum terungkap secara jelas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna.
Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan reptil. Vertebrata, dibandingkan dengan Evertebrata, terendah daya regenerasinya. Pada Evertebrata yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Pada vertebrata , yaitu Aves dan Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali. Kelas reptil (diwakili oleh cicak) dan kelas insecta (diwakili oleh kecoa) memiliki daya regenerasi yang rendah, biasanya terbatas pada bagian ekor atau kaki yang lepas atau rusak.
Hydra dapat dipotong-potong sampai kecil sekali dan 1/200 bagian dari tubuhnya yang asli dapat beregenerasi jadi individu baru yang utuh. Pada Hydroid polyp, ada proses regenerasi yang terus-menerus, disebut “regenerasi fisiologis”. Tentakel dan dasarnya sekalian pada waktu tertentu dilepaskan, dibuang lalu tumbuh lagi yang baru dari bawah.

Gambar Proses Regenerasi Pada Hydra.
Setelah Coelenterata menyusul Platyhelminthes, hewan yang paling tinggi daya regenerasinya. Contoh Planaria yang mampu beregenerasi dari 1/300 fragmen tubuhnya menjadi individu yang utuh.
Pada Annelida daya regenerasinya terbatas. Jika tubuh dipotong-potong, setiap potongan dapat tumbuh menjadi individu baru yang utuh, tapi segmennya tidak selengkap semula. Alat genitalia tak ikut beregenerasi. Jika potongan tak mengandung genitalia asli individu baru yang berasal dari situ tak bergenitalia. Hirudinea (pacet dan lintah) tidak beregenerasi. Nematoda juga tidak.



Gambar Regenerasi Pada Planaria.
Mollusca dayanya kecil saja. Mata yang lepas asal ada batangnya, masih bisa beregenerasi. Tapi kalau tak ada batang itu, tak mampu. Sebagian kepala atau kaki juga dapat beregenerasi.
Pada Arthropoda terbatas pada anggota. Crustacea tergolong yang tinggi dayanya di dalam phylum ini, baik tingkat larva maupun dewasa. Pada Insecta terbatas pada waktu larva saja. Melepaskan sendiri ruas-ruas kaki biasa pada beberapa laba-laba dan kepiting, untuk melepaskan diri dari tangkapan musuh. Melepaskan bagian tubuh secara natural ini untuk diregenerasi lagi nanti disebut autotomy, artinya memotong-motong diri sendiri.
Echinodermata tinggi juga daya regenerasinya. Seekor bintang laut kalau dicincang oleh nelayan lalu dilemparkan lagi ke laut (karena marah dan menganggap saingan mendapat ikan lokan), tiap cincangan kecil dapat lagi tumbuh jadi individu baru. Sedangkan pada Holothuroidea (teripang), sesekali waktu kadang dilepaskan sendiri alat-alat dalam lewat anus keluar, seperti alat pernapasan dan saluran pencernaan. Nanti dapat diganti dengan yang baru.
Di kalangan sub-phylum Vertebrata yang tertinggi daya regenerasinya ialah Urodela. Hewan ini banyak dipakai dalam regenarsi eksperimentil. Anggota tubuh, insang, ekor, rahang, mata, dapat tumbuh kembali kalau lepas atau terpotong. Pada Anura regenerasinya terbatas pada tingkat larva, dan hanya pada anggota dan ekor. Yang dewasa tak bisa beregenerasi sama sekali. Reptilia hanya terbatas pada ekor, yang seperti kepiting juga untuk melepaskan diri dari tanggapan musuh, ekor dibiarkan lepas.
Pisces pada sirip.

Gambar Regenerasi bagian sirip Pisces.
Jadi nampak jelas di sini, kedudukan sistematik tak punya hubungan linier dengan daya regenerasi. Nematoda lebih rendah kedudukan sistematik dari Annelida; begitu juga Pisces terhadap Anura dan Urodela. Tapi kelompok pertama hampir tak ada regenerasinya.
Pada Aves, daya regenerasi hanya pada sebagian kecil paruh.

Mammalia daya regenerasinya terbatas pada jaringan, tidak sampai tingkat alat. Regenerasi jaringan sering setara dengan penyembuhan luka. Luka di kulit yang besar, jaringan ikat baru agak beda dengan dermis asli, karena banyak sekali kolagennya, disebut parut.
Jaringan yang tinggi daya regenerasinya pada Mammalia ialah tulang dan jaringan ikat; disusul oleh otot dan sel hati. Kerusakan atau patahan besar pada tulang dapat dikembalikan seperti asli, terutama pada anggota. Setiap celah yang terbentuk oleh trauma (benturan) segera diisi jaringan ikat. Jaringan yang tak mampu beregenerasi, seperti otot jantung, di celah yang luka diisi oleh jaringan ikat membentuk parut. Alat dalam dapat beregenerasi. Hati dapat diangkat sebagian dan yang hilang dapat ditumbuhkan kembali, meski tidak seutuh semula. Tendo juga mampu beregenerasi.

2.3 Proses Regerasi
Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja. Namun tidak demikian dengan bangsa avertebrata dan reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat menakjubkan hingga dia mencapai dewasa. Proses regenerasi dapat terjadi pada tingkat sel maupun tingkat organ. Regenerasi sel yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak. Sedangkan Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya.
Dipakai contoh (Urodela) dalam experiment untuk meneliti proses regenerasi. Satu kaki salamander ini dipotong dekat pangkal lengan, kemudian terjadilah proses berikut:
1. Darah mengalir menutupi permukaan luka, luka beku, membentuk “scab” yang sifatnya melindungi.
2. Epitel kulit menyebar di permukaan luka, di bawah “scab”. Sel epitel itu bergerak secara amoeboid. Butuh waktu dua hari agar kulit itu lengkap menutupi luka. (Pada Invertebrata otot bawah kulit ikut berkerut untuk mempercepat epitel menutup luka.)
3. Dedifferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan melarut, sel-selnya lepas dan bersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi, dan sel-selnya berdiferensiasi semuanya. Akhirnya, tak dapat lagi dibedakan mana sel yang berasal dari tulang, tulang rawan, atau jaringan ikat. Disusul sel-sel otot berdiferensiasi, serat myofibril hilang, inti membesar, sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan Blastema, yakni kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka. “Scab” mungkin sudah lepas pada waktu ini. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel dedifferensiasi. Ada juga pendapat yang mengemukakan, bahwa blastema berasal juga dari sel-sel satelit pengembara, yang selalu ada di berbagai jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Sel-sel pengembara ini nanti akan berproliferasi membentuk blastema. Namun dengan memakai tracer radioaktif dapat kini diketahui, bahwa sel-sel blastema berasal dari segala jenis jaringan yang berdedifferensiasi sekitar amputasi.
5. Proliferasi sel-sel dedifferensiasi secara mitosis. Proliferasi ini serentak dengan proses dediferensiasi, dan memuncak pada waktu blastema dalam besarnya yang maskimal, dan waktu itu tak membelah lagi.
6. Redifferensiasi sel-sel dedifferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema itu.
Pada Planaria telah diteliti bahwa sel-sel yang berasal dari parenkim (berasal dari lapis benih mesoderm), selain menumbuhkan alat derivate mesodermal (yakni otot dan parenkim lagi), juga sanggup menumbuhkan jaringan saraf dan saluran pencernaan (masing-masing berasal dari lapis benih ectoderm dan endoderm).
Akhirnya anggota badan yang diamputasi itu akan tumbuh lagi sebesar semula, dengan struktur anatomis dan histologist yang serupa dengan asalnya.
Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi paling tidak ada satu cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan embrio. Cicak akan melepaskan ekornya bila ditangkap pada bagian ekornya. Cicak kemudian meregenerasi ekor baru pada tepi lainnya pada waktu senggang. Dalam stadium-stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Sel-sel pada permukaan depan mempunyai laju metabolik yang tinggi daripada permukaan di tepi belakang (Kimball, 1992).
Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan, hal ini tampak dengan adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan kemampuan untuk regenerasi. Daya regenerasi Spons hampir sempurna. Regenerasi pada manusia hanya terbatas pada perbaikan organ dan jaringan tertentu. Cicak mempunyai daya regenerasi pada bagian ekor yang putus dengan cukup kokoh. (Kaltroff, 1996).

Regenerasi alat lain salamander
Secara experimental dilakukan juga amputasi pada salamander. Ternyata hasil regenerasi itu tidak seperti semula. Ekor baru tidak mengandung notochord lagi, dan vertebrae yang baru tidak mengandung tulang rawan. Ruas-ruas itu hanya menyelaputi batang saraf (medulla spinalis). Jumlah ruas vertebrae tersebut tidak selengkap asalnya.

Dalam membuktikan bahwa sel dedifferensiasi bisa pluripotent, yakni dapat menumbuhkan jaringan yang bukan dari mana dia berasal, sering dilakukan eksperimen amputasi pada lensa salamander. Lensa baru terbentuk dari sel-sel dari pinggir dorsal iris, yang berasal dari mesoderm. Padahal embriologis lensa tersebut tumbuh/berasal dari epidermis.
Bila ada tungkai depan Salamander yang dibuang, proses perbaikan pertama ialah penyembuhan luka dengan cara menumbuhkan kulit di atas luka tersebut kemudian suatu tunas sel-sel yang belum terdiferensiasi terlihat. Tunas ini mempunyai rupa yang mirip dengan tunas anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Pembelahan yang cepat dari sel-sel embrio yang belum khusus dari tunas anggota tubuh mungkin berasal dari dediferensiasi sel-sel khusus demikian, sebagai sel-sel otot atau sel-sel tulang rawan. Dediferensiasi berarti bahwa sel-sel ini kehilangan struktur diferensiasinya sebelum berperan dalam tugas regenerasi. Sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang, dan jaringan lainnya yang menjadikan kaki fungsional (Kimball, 1992).
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat bervariasi dari spesies ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang, ikan, salamander dan kadal tidak mempunyai daya regenerasi yang dapat meregenerasi seluruh organisme, melainkan hanya sebagian dari organ atau jaringan organisme tersebut (Kimball, 1992). Tahap dari perkembangan yang menarik perhatian adalah pergantian dari tubuh yang hilang. Tersusun dari regenerasi jumlah struktur baru organisme tersebut (Wilis, 1983).
Ekor cicak memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan untuk bisa memendek dan menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri dari predator. Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi adalah proses adaptasi yang khusus membantu hewan melepaskan diri dari serangan musuh. Jadi, autotomi merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cicak jika akan dimangsa oleh predatornya maka akan segera memutuskan ekornya untuk menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi tetapi tidak sama seperti semula (Strorer, 1981).
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada cicak dengan memotong ekornya, setelah diamati selama empat minggu, ternyata bagian ekor yang telah dipotong mengalami pertumbuhan. Ekor yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak dapat sama seperti semula. Pengamatan pada minggu pertama ekor cicak bertambah 0,1 cm, minggu kedua 0,4 cm, dan beberapa hari kemudian cicak tersebut mati. Pertumbuhan ekor cicak yang mengalami regenerasi lebih pendek daripada ekor semula. Karena panjang ekor yang dipotong sepanjang 5 cm sedangkan panjang ekor regenerasi hanya 2 cm. Pada kaki kecoa terjadi penambahan panjang yang tidak terlau signifikan dan kecoa mati sebelum minggu ketiga.
Ekor cicak yang dipotong sel epidermisnya menyebar menutupi permukaan luka dan membentuk tudung epidermis apikal. Semua jaringan mengalami diferensiasi dan generasi membentuk sel kerucut yang disebut blastema regenerasi di bawah tudung. Berakhirnya periode proliferasi, sel blastema mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya. Ketika salah satu anggota badan terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat bergenerasi. Hal inilah yang memberi pertimbangan bahwa bagian yang dipotong selalu bagian distal (Kalthoff, 1996).
Proses regenerasi pada reptil berbeda dengan pada hewan golongan amfibi. Regenerasi tidak berasal dari proliferasi atau perbanyakan sel-sel blastema. Regenerasi pada reptil diketahui bahwa ekor yang terbentuk setelah autotomi menghasikan hasil dengan catatan khusus karena baik secara struktur maupun cara regenerasinya berbeda (Balinsky, 1983).
Secara eksperimental pada ekor cicak yang telah dipotong, ternyata hasil regenerasinya tidak sama dengan semula. Pertambahan panjang tidak sama dengan ekor yang dipotong. Ekor baru tidak mengandung notochord dan vertebrae yang baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan. Ruas-ruas ini hanya meliputi batang syaraf (medula spinalis), jumlah ruas itu pun tidak lengkap seperti semula.
Proses perbaikan pertama pada regenerasi ekor cicak adalah penyembuhan luka dengan cara penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian tunas-tunas sel yang belum berdiferensiasi terlihat. Tunas ini menyerupai tunas anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Ketika waktu berlalu sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang dan jaringan lajunya yang menjadikan ekor fungsional.
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot, akibatnya tidak ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi adalah berasal dari ependima dan dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun septum otot, dermis, jaringan lemak, periosteum dan mungkin juga osteosit vertebrae. Sumber sel untuk regenerasi pada reptile berasal dari beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai jaringan ikat (Manylov, 1994).
Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan tertentu yang telah berdiferensiasi misalnya epidermis, mensintesis dan menghasilkan zat yang secara aktif menghambat mitosis-sel-sel muda dari jaringan yang sama, zat ini disebut kolona. Stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Jaringan dari struktur yang mengalami regenerasi berdiferensiasi, mulailah produksi kolona dan agaknya secara berangsur-angsur menghentikan pertunbuhan struktur tersebut. Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya.
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,7 derajat Celcius. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi proses regenerasi (Morgan, 1989).
Secara eksperimental bagian kaki kecoa yang terpotong ternyata hasil regenerasinya tidak sama seperti semula. Pertumbuhan kaki kecoa tidak sama dengan kaki kecoa yang tidak dipotong. Kaki yang baru strukturnya tidak sama dengan kaki yang sebelum dipotong.
Berdasarkan data di atas, ternyata pertumbuhan ekor cicak cukup lambat dan tidak terlalu signifikan. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya pasokan dalam pemberian makan atau suhu tempat cicak tersebut kurang ideal karena hidup terkurung dalam toples dan tidak sebebas di luar sehingga cicak menjadi stres yang dapat mempengaruhi kerja proses biologis di dalam tubuhnya, yang mengakibatkan pertumbuhan ekornya lambat.Hari ke 17, cicak tersebut mati. Begitu pula pada kaki kecoa yang dapat diamati. . Hasil regenerasi dari organ tertentu dalam hal ini ekor cicak dan kaki kecoa tidak harus kembali seperti semula. Hal itu membuktikan bahwa sel de-differensiasi bersifat pluripotent, yakni dapat menimbulkan jaringan yang bukan darimana ia berasal.



2.4 Peranan Kulit dan Saraf
Jika kulit segera menutupi luka pada amputasi salamander, maka regenerasi terhalang. Seperti ditemukan pada katak, kulit segera menutupi luka. Karena itu jika kaki katak diamputasi, tak terjadi regenerasi, karena kulit segera menutupi luka tersebut. Dengan pemberian larutan garam untuk mencegah lapisan dermis kulit bergerak ke luka, ternyata dapat terjadi regenerasi. Jika hanya epidermis kulit yang menutup luka, maka regenerasi dapat terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa kulit, terutama dermis, mengandung suatu zat yang memblokir proses regenerasi.
Dalam proses terjadinya regenerasi memerlukan kehadiran urat saraf. Jika saraf dipotong waktu larva, kemudian anggota tubuh tersebut diamputasi, maka tidak ada regenerasi yang berlangsung. Dedifferensiasi akan terus berlangsung, tapi sel-selnya diabsorbsi masuk ke dalam tubuh, sehingga akhirnya proses regenerasi berhenti. Jika hanya saraf saja yang dipotong, tapi anggota tubuh tetap, anggota itu idak akan berdegererasi. Tapi jika saraf dipotong dan anggota tubuh diamputasi, maka tunggulnya akan berdegerasi.
Jika dialihkan saraf lain ke tunggul amputasi yang sarafnya sendiri lebih dulu sudah diangkat, ternyata ada regenerasi. Hal tersebut membuktikan bahwa perlu kehadiran saraf dalam proses regenerasi. Tentang zat yang terkandung atau keluar dari saraf, yang bersifat trophic terhadap regenerasi tersebut belum diketahui. Eksperimen selanjutnya terhadap amputasi anggota tubuh salamander ialah jika saraf diangkat setelah blastema terbentuk, maka regenerasi akan terus berlangsung. Jadi nampaknya saraf perlu untuk pembentukan blastema. Namun terjadi keanehan, yaitu jika sejak embryo saraf diangkat, pertumbuhan anggota akan terus berlangsung. Jika diamputasi pun, bagian tersebut akan beregenerasi. Sepertinya keperluan akan kehadiran saraf di tunggul amputasi hanya semacam ‘ketagihan’.



2.5 Regenerasi Histologis
Pada Mammalia, termasuk manusia, daya regenerasinya sangat rendah, hanya terbatas pada taraf histologist, tidak sampai anatomis. Jaringan yang dapat beregenerasi ialah tulang, tulang rawan, otot, saraf, jaringan ikat dan juga beberapa kelenjar pencernaan seperti hati dan pancreas.

Tulang
Tulang dikenal paling tinggi penyembuhannya. Hal tersebut bisa diamati pada saat terjadi patah tulang. Mula-mula darah membeku di tempat patahan (fraktur). Disusul dengan hancurnya matriks tulang, dan osteosit di tempat tersebuat akan mati. Periosteum dan endosteum di sekitar patahan akan bereaksi dengan terjadinya proliferasi fibroblastnya. Sehingga terjadi penumpukan sel-sel di celah patahan.
Proses tersebut akan disusul dengan terbentuknya tulang rawan hialin di daerah tersebut. Kemudian akan terjadi proses osifikasi secara Endochondral dan membranous. Trabeculae terbentuk di celah patahan, yang menghubungkan kedua ujung patahan, disebut callus. Ossifikasi berlangsung terus, sampai semua celah tersebut terisi kembali dengan bahan tulang.
Dalam rangka menyembuhkan patah tulang biasanya dilakukan penekanan dari luar, biasanya berupa bilah papan. Hal tersebut akan menolong remodeling callus sehingga kedua tepi patahan bertaut dengan rata oleh callus. Pada tahap akhir, callus akan diresap dan diganti oleh tulang lamella.

Tulang rawan
Tulang rawan sulit beregenerasi setelah dewasa. Biasanya hasil regenerasi tersebut tidak sempurna seperti semula. Seperti halnya dengan penyembuhan patah tulang, di sisi sel-sel fibroblast dari perichondrium masuk patahan dan menghasilkan jaringan tulang rawan disitu. Jika terjadi kerusakan tulang rawan yang besar, maka sel fibroblast di tempat patahan akan membentuk jaringan ikat rapat.

Otot
Otot jantung pada orang dewasa tidak dapat beregenerasi. Jika terjadi kerusakan (seperti infarct jantung), bekas otot yang rusak ditempati jaringan ikat berupa parut. Pada otot lurik, regenerasi dilakukan oleh sel satelit yang terletak bersebar di lamina basalis yang menyelaputi serat otot. Ketika terjadi kerusakan, sel-sel satelit sekitar kerusakan tersebut akan aktif dan berproliferasi, membentuk sel-sel otot lurik baru. Otot polos dapat beregenerasi sendiri dengan melakukan mitosis berulang-ulang untuk menggantikan bagian yang rusak.

Saraf
Serat saraf tepi yang putus dapat beregenerasi, asalkan perikaryon (soma neuron) tidak ikut rusak. Jika urat saraf terpotong, bagian ujung yang lepas dari perikaryon akan berdegerasi dan debrisnya diphagocytisis makrofag. Bagian pangkal yang berhubungan dengan perikaryon tetap bertahan dan akan beregenerasi.
Proses yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Chromatolysis, yakni melarutnya badan Nissl
2. Perikaryon membesar.
3. Inti berpindah ke tepi
4. Bagian ujung akson yang dekat luka berdegenerasi sedikit, lalu tumbuh lagi.
5. Di ujung akson yang putus, setelah semua hancur dan dibersihkan makrofag, sel Schwann berproliferasi membentuk batang sel-sel. Bagian proximal akson kemudian tumbuh dan bercabang-cabang mengikuti batang sel-sel Schwann ke bagian distal, sehingga mencapai alat effector (otot, kelenjar).
Jika jarak antara proksimal dengan distal yang putus jauh sekali dan batang sel-sel Schwann tak mencapai ujung bagian proksimal itu, ujung proksimal yang tumbuh tak sampai ke alat effector. Terbentuk gumpalan serabut saraf lepas di bawah kulit bekas luka atau amputasi, yang akan terasa sangat nyeri. Oleh karena itu, kehadiran sel-sel Schwann di bagian effector sangat perlu untuk mengarahkan atau jadi pedoman bagi axon untuk tumbuh.
Jika neuron yang putus jaraknya terlalu dekat dengan bagian perikaryon, tidak aka nada reaksi sel-sel Schwann di bagian effector dan perikaryon lama-kelamaan akan mati.
Neuroglia, termasuk sel Schwann, dapat beregenerasi dengan melakukan mitosis. Celah-celah bekas tempat neuron yang rusak dan hancur di saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang), misalnya karena penyakit atau kerusakan lain, akan diisi lagi oleh neuroglia, bukan oleh neuron baru.



Hati
Daya regenerasi hati cukup tinggi. Pada tikus, 2/3 belahan hati dapat diangkat, dan beberapa hari kemudian akan tumbuh lagi sampai sebesar semula. Jika hati terkontaminasi zat kimia yang sifatnya meracun sel-selnya, seperti hidrokarbon berchlor atau karena saluran empedu tersumbat, sebagian belahan hati dapat rusak. Yang rusak ini dapat diperbaiki lagi. Sel-sel epitel pelapis saluran empedu dalam hati dapat ikut bermitosis untuk menumbuhkan saluran-saluran baru bagi bagian yang sedang beregenerasi. Semakin lanjut umur seseorang, maka daya regenerasi hati akan semakin susut atau berkurang.
Namun demikian, berdasarkan temuan baru, regenerasi memiliki proses yang lebih sederhana daripada yang diperkirakan sebelumnya. Cara hati memperbaiki diri lebih sederhana daripada yang diperkirakan sebelumnya oleh para ahli. Sebuah studi baru yang ditampilkan di the Journal of Biological Chemistry edisi April 2007 memberikan informasi baru mengenai kerja sel-sel yang meregenerasi hati. Sehingga dapat berefek nyata bagi para dokter dalam upaya membuat hati tumbuh kembali pada pasien-pasien dengan penyakit hati seperti sirosis, hepatitis dan kanker hati.
Menurut Seth Karp, asisten professor bagian bedah di Harvard Medical School, Boston dan penulis utama pada studi tersebut, hati manusia adalah salah satu organ diantara beberapa organ yang dapat beregenerasi kira-kira 25 % dari jaringannya. Tidak diketahui bagaimana hati melakukannya, tapi hasil penemuan kami memberikan beberapa detail apa yang membuat hati menjadi begitu unik.
Walaupun regenerasi organ telah diteliti pada banyak hewan, detil bagaimana terjadinya pada tingkat seluler tidak begitu dipahami secara menyeluruh. Sampai saat ini, para ahli telah berhasil menunjukkan sel-sel yang berpartisipasi dalam regenarasi jaringan hanya berperan jika mereka merupakan bagian dari organ yang tumbuh dalam embrio. Dengan kata lain, sel-sel bertindak pada saat hati sedang bertumbuh, seperti organ lain saat embrio berkembang.
Telah banyak protein yang menginduksi regenerasi organ diidentifikasi. Para ahli berusaha membuat organ-organ tumbuh kembali dengan menstimulasi protein-protein tersebut. Menumbuhkan kembali hati dengan cara tadi sangat berguna, khususnya pasien-pasien dengan kerusakan yang parah pada hatinya sehingga sebagian besar harus dihilangkan, misalnya karena tumor. Biasanya mereka tidak dapat bertahan hidup, kecuali pasien-pasien tersebut menerima cangkok hati dari donor organ yang tepat. Menstimulasi pertumbuhan secara cepat bagian hati yang masih ada dapat memeberikan kesempatan bertahan hidup kepada mereka.
Untuk menyelidiki bagaimana hati beregenerasi, Karp dan koleganya menentukan protein mana yang berperan dalam sel-sel regenerasi. Para ahli juga tertarik menguji apakah sel-sel regenerasi berperan menyerupai bentuk embrioniknya, seperti yang biasa diasumsikan pada organ lain. Para ahli berpikir, proses baru dapat menjelaskan mengapa hati begitu unik memiliki kemampuan memperbaharui dan memperbaiki setalah luka.
Team peneliti mengambil dua sampel tikus putih. Yang pertama terdiri dari tikus putih embrio pada berbagai tahap perkembangan, sedangkan yang kedua terdiri dari tikus dewasa yang dua pertiga hatinya sudah dihilangkan. Menggunakan teknik seperti DNA microarray (untuk menetukan gen yang aktif dalam sel) dan perangkat lunak untuk manganalisis informasi yang terkumpul, para ahli menyusun semua protein yang membantu pertumbuhan dan pengembangbiakan pada kedua sampel.
Hasilnya tidak diharapkan. Para peneliti mencatat bahwa hanya sedikit protein yang umum pada kedua proses. Protein yang disebut faktor transkripsi (yang mempengaruhi DNA dalam inti sel) berperan sangat tinggi pada hati embrio yang berkembang tapi tidak pada regenerasi hati dewasa. Namun demikian, protein yang membantu sel-sel memperbanyak diri, aktif pada pengembangan dan regenerasi hati.
Temuan ini menujukkan bahwa hati yang beregenerasi tidak berperilaku seperti embrio yang berkembang. Namun demikian, regenerasi hanya berdasarkan peningkatan sel-sel yang berlipat ganda melalui pembelahan sel, yang disebut proses hiperplasia. Hasil baru ini memiliki dampak medis yang penting. Faktor-faktor transkripsi diketahui lebih sulit dimanipulasi dibandingkan protein lain yang telah diidentifikasi. Karena faktor transkripsi berada dalam hati yang beregenerasi, dapat dengan mudah untuk menstimulasi regenerasi hati dengan hanya mengaktifkan protein lain yang teridentifikasi.
Tahap berikutnya bagi para ahli untuk memahami bagaimana sel-sel beregenerasi adalah stem sel. Studi telah menunjukkan bahwa stem sel dewasa berperan dalam perbaikan banyak organ, tapi dalam kasus hati, sel-sel yang memperbaiki hati melalui regenerasi adalah sel-sel biasa bukan stem sel. Menurut Karp hati bertumbuh kembali melalui proses yang relatif sederhana, yang dapat menjelaskan kemampuannya yang luar biasa untuk memperbaiki diri. (http://www.kalbefarma.com)

Pancreas
Daya regenerasi pancreas sangat rendah. Jika segumpal pancreas rusak dan lepas, regenerasi tidak akan dapat mengembalikan alat tersebut seperti semula, hanya terjadi perbaikan di daerah pinggir yang sangat tipis. Gumpalan yang hilang tadi tidak akan terganti. Tapi jika sebagian kecil saja yang rusak, dapat terjadi regenerasi pada saluran danpulau Langerhans, sedangkan regenerasi pada kelenjar acini sangat rendah dan sedikit.


BAB III KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
3.1 Regenerasi adalah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula. suatu organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau experimen.
3.2 Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasinya belum terungkap secara jelas.
3.3 Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja.
3.4 Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan tertentu yang telah berdiferensiasi misalnya epidermis, mensintesis dan menghasilkan zat yang secara aktif menghambat mitosis-sel-sel muda dari jaringan yang sama, zat ini disebut kolona.
3.5 Kulit bisa menghambat terjadinya regenerasi, namun saraf dibutuhkan dalam proses regenerasi.
3.6 Pada Mammalia, termasuk manusia, daya regenerasinya sangat rendah, hanya terbatas pada taraf histologist, tidak sampai anatomis. Jaringan yang dapat beregenerasi ialah tulang, tulang rawan, otot, saraf, jaringan ikat dan juga beberapa kelenjar pencernaan seperti hati dan pancreas.


Daftar Pustaka


Balinsky, B. I. 1981. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company, Philadelpia.
Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc, New York.
Kimball, John W. 1992. Biology. Addison-Wesley Publishing Company, Inc., New York.
_____________. 1992. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Majumdar, N. N. 1985. Text Book of Vertebrae Embriology. Mc Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
Manylov, O.G.1994. Regeneration in Gastrotricha –I Light Microscopical Observation on The Regeneration in Turbanella sp.St. Petersburg State University. Russia.
Tjitrosoepomo. 1984. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Willis, S. 1983. Biology. Holt Rinehart & Winston Inc, USA.
Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.
________. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.
http://www.free.vlsm.org
http://www.kalbefarma.com
http://www.id.wikipedia.org
http://www.syl4r.blogspot.com