semburat jingga

semburat jingga
tenggelam.... kembali

Senin, 22 Maret 2010

Regenerasi

Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula. Kerusakan itu bervariasi. Ada yang ringan, seperti luka dan memar; ada yang sedang, yang menyebabkan ujung sebagian tubuh terbuang; dan ada yang berat yang menyebabkan suatu bagian besar tubuh terbuang.
Daya
Daya regenerasi tak sama pada berbagai organism. Ada yang tinggi dan ada yang rendah sekali dayanya. Tak jelas hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasi. Yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Aves dan Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali.
Hydra dapat dipotong-potong sampai kecil sekali dan 1/200 bagian dari tubuhnya yang asli dapat beregenerasi jadi individu baru yang utuh. Pada Hydroid polyp, ada proses regenerasi yang terus-menerus, disebut “regenerasi fisiologis”. Tentakel dan dasarnya sekalian pada waktu tertentu dilepaskan, dibuang lalu tumbuh lagi yang baru dari bawah.
Setelah Coelenterata menyusul Platyhelminthes, hewan yang paling tinggi daya regenerasinya. Contoh Planaria yang mampu beregenerasi dari 1/300 fragmen tubuhnya menjadi individu yang utuh.
Pada Annelida daya regenerasinya terbatas. Jika tubuh dipotong-potong, setiap potongan dapat tumbuh menjadi individu baru yang utuh, tapi segmennya tidak selengkap semula. Alat genitalia tak ikut beregenerasi. Jika potongan tak mengandung genitalia asli individu baru yang berasal dari situ tak bergenitalia. Hirudinea (pacet dan lintah) tidak beregenerasi. Nematoda juga tidak.
Mollusca dayanya kecil saja. Mata yang lepas asal ada batangnya, masih bisa beregenerasi. Tapi kalau tak ada batang itu, tak mampu. Sebagian kepala atau kaki juga dapat beregenerasi.
Pada Arthropoda terbatas pada anggota. Crustacea tergolong yang tinggi dayanya di dalam phylum ini, baik tingkat larva maupun dewasa. Pada Insecta terbatas pada waktu larva saja. Melepaskan sendiri ruas-ruas kaki biasa pada beberapa laba-laba dan kepiting, untuk melepaskan diri dari tangkapan musuh. Melepaskan bagian tubuh secara natural ini untuk diregenerasi lagi nanti disebut autotomy, artinya memotong-motong diri sendiri.
Echinodermata tinggi juga daya regenerasinya. Seekor bintang laut kalau dicincang oleh nelayan lalu dilemparkan lagi ke laut (karena marah dan menganggap saingan mendapat ikan lokan), tiap cincangan kecil dapat lagi tumbuh jadi individu baru. Sedangkan pada Holothuroidea (teripang), sesekali waktu kadang dilepaskan sendiri alat-alat dalam lewat anus keluar, seperti alat pernapasan dan saluran pencernaan. Nanti dapat diganti dengan yang baru.
Vertebrata, dibandingkan dengan Evertebrata, terendah daya regenerasinya. Di kalangan sub-phylum ini yang tertinggi daya regenerasinya ialah Urodela. Hewan ini banyak dipakai dalam regenarsi eksperimentil. Anggota tubuh, insang, ekor, rahang, mata, dapat tumbuh kembali kalau lepas atau terpotong. Pada Anura regenerasinya terbatas pada tingkat larva, dan hanya pada anggota dan ekor. Yang dewasa tak bisa beregenerasi sama sekali. Reptilia hanya terbatas pada ekor, yang seperti kepiting juga untuk melepaskan diri dari tanggapan musuh, ekor dibiarkan lepas.
Pisces hanya pada sirip. Jadi nampak jelas di sini, kedudukan sistematik tak punya hubungan linier dengan daya regenerasi. Nematoda lebih rendah kedudukan sistematik dari Annelida; begitu juga Pisces terhadap Anura dan Urodela. Tapi kelompok pertama hampir tak ada regenerasinya.
Pada Aves, daya regenerasi hanya pada sebagian kecil paruh.
Mammalia daya regenerasinya terbatas pada jaringan, tidak sampai tingkat alat. Regenerasi jaringan sering setara dengan penyembuhan luka. Luka di kulit yang besar, jaringan ikat baru agak beda dengan dermis asli, karena banyak sekali kolagennya, disebut parut.
Jaringan yang tinggi daya regenerasinya pada Mammalia ialah tulang dan jaringan ikat; disusul oleh otot dan sel hati. Kerusakan atau patahan besar pada tulang dapat dikembalikan seperti asli, terutama pada anggota. Setiap celah yang terbentuk oleh trauma (benturan) segera diisi jaringan ikat. Jaringan yang tak mampu beregenerasi, seperti otot jantung, di celah yang luka diisi oleh jaringan ikat membentuk parut. Alat dalam dapat beregenerasi. Hati dapat diangkat sebagian dan yang hilang dapat ditumbuhkan kembali, meski tidak seutuh semula. Tendo juga mampu beregenerasi.

Proses regenerasi
Dipakai contoh (Urodela) dalam experiment untuk meneliti proses regenerasi. Satu kaki salamander ini dipotong dekat pangkal lengan, kemudian terjadilah proses berikut:
1. Darah mengalir menutupi permukaan luka, luka beku, membentuk “scab” yang sifatnya melindungi.
2. Epitel kulit menyebar di permukaan luka, di bawah “scab”. Sel epitel itu bergerak secara amoeboid. Butuh waktu dua hari agar kulit itu lengkap menutupi luka. (Pada Invertebrata otot bawah kulit ikut berkerut untuk mempercepat epitel menutup luka.)
3. Dedifferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan melarut, sel-selnya lepas dan bersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi, dan sel-selnya berdiferensiasi semuanya. Akhirnya, tak dapat lagi dibedakan mana sel yang berasal dari tulang, tulang rawan, atau jaringan ikat. Disusul sel-sel otot berdiferensiasi, serat myofibril hilang, inti membesar, sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan Blastema, yakni kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka. “Scab” mungkin sudah lepas pada waktu ini. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel dedifferensiasi. Ada juga pendapat yang mengemukakan, bahwa blastema berasal juga dari sel-sel satelit pengembara, yang selalu ada di berbagai jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Sel-sel pengembara ini nanti akan berproliferasi membentuk blastema. Namun dengan memakai tracer radioaktif dapat kini diketahui, bahwa sel-sel blastema berasal dari segala jenis jaringan yang berdedifferensiasi sekitar amputasi.
5. Proliferasi sel-sel dedifferensiasi secara mitosis. Proliferasi ini serentak dengan proses dediferensiasi, dan memuncak pada waktu blastema dalam besarnya yang maskimal, dan waktu itu tak membelah lagi.
6. Redifferensiasi sel-sel dedifferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema itu.
Pada Planaria telah diteliti bahwa sel-sel yang berasal dari parenkim (berasal dari lapis benih mesoderm), selain menumbuhkan alat derivate mesodermal (yakni otot dan parenkim lagi), juga sanggup menumbuhkan jaringan saraf dan saluran pencernaan (masing-masing berasal dari lapis benih ectoderm dan endoderm).
Akhirnya anggota badan yang diamptasi itu akan tumbuh lagi sebesar semula, dengan struktur anatomis dan histologist yang serupa dengan asalnya.


Regenerasi alat lain salamander
Secara experimental dilakukan juga amputasi pada salamander. Ternyata hasil regenerasi itu tidak seperti semula. Ekor baru tidak mengandung notochord lagi, dan vertebrae yang baru tidak mengandung tulang rawan. Ruas-ruas itu hanya menyelaputi batang saraf (medulla spinalis). Jumlah ruas vertebrae tersebut tidak selengkap asalnya.
Dalam membuktikan bahwa sel dedifferensiasi bisa pluripotent, yakni dapat menumbuhkan jaringan yang bukan dari mana dia berasal, sering dilakukan eksperimen amputasi pada lensa salamander. Lensa baru terbentuk dari sel-sel dari pinggir dorsal iris, yang berasal dari mesoderm. Padahal embriologis lensa tersebut tumbuh/berasal dari epidermis.

Peranan kulit dan saraf
Jika kulit segera menutupi luka pada amputasi salamander, maka regenerasi terhalang. Seperti ditemukan pada katak, kulit segera menutupi luka. Karena itu jika kaki katak diamputasi, tak terjadi regenerasi, karena kulit segera menutupi luka tersebut. Dengan pemberian larutan garam untuk mencegah lapisan dermis kulit bergerak ke luka, ternyata dapat terjadi regenerasi. Jika hanya epidermis kulit yang menutup luka, maka regenerasi dapat terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa kulit, terutama dermis, mengandung suatu zat yang memblokir proses regenerasi.
Dalam proses terjadinya regenerasi memerlukan kehadiran urat saraf. Jika saraf dipotong waktu larva, kemudian anggota tubuh tersebut diamputasi, maka tidak ada regenerasi yang berlangsung. Dedifferensiasi akan terus berlangsung, tapi sel-selnya diabsorbsi masuk ke dalam tubuh, sehingga akhirnya proses regenerasi berhenti. Jika hanya saraf saja yang dipotong, tapi anggota tubuh tetap, anggota itu idak akan berdegererasi. Tapi jika saraf dipotong dan anggota tubuh diamputasi, maka tunggulnya akan berdegerasi.
Jika dialihkan saraf lain ke tunggul amputasi yang sarafnya sendiri lebih dulu sudah diangkat, ternyata ada regenerasi. Hal tersebut membuktikan bahwa perlu kehadiran saraf dalam proses regenerasi. Tentang zat yang terkandung atau keluar dari saraf, yang bersifat trophic terhadap regenerasi tersebut belum diketahui.eksperimen selanjutnya terhadap amputasi anggota tubuh salamander ialah jika saraf diangkat setelah blastema terbentuk, maka regenerasi akan terus berlangsung. Jadi nampaknya saraf perlu untuk pembentukan blastema. Namun terjadi keanehan, yaitu jika sejak embryo saraf diangkat, pertumbuhan anggota akan terus berlangsung. Jika diamputasi pun, bagian tersebut akan beregenerasi. Sepertinya keperluan akan kehadiran saraf di tunggul amputasi hanya semacam ‘ketagihan’.

REGENERASI HISTOLOGIS
Pada Mammalia, termasuk manusia, daya regenerasinya sangat rendah, hanya terbatas pada taraf histologist, tidak sampai anatomis. Jaringan yang dapat beregenerasi ialah tulang, tulang rawan, otot, saraf, jaringan ikat dan juga beberapa kelenjar pencernaan seperti hati dan pancreas.
Tulang
Tulang dikenal paling tinggi penyembuhannya. Hal tersebut bisa diamati pada saat terjadi patah tulang. Mula-mula darah membeku di tempat patahan (fraktur). Disusul dengan hancurnya matriks tulang, dan osteosit di tempat tersebuat akan mati. Periosteum dan endosteum di sekitar patahan akan bereaksi dengan terjadinya proliferasi fibroblastnya. Sehingga terjadi penumpukan sel-sel di celah patahan.
Proses tersebut akan disusul dengan terbentuknya tulang rawan hialin di daerah tersebut. Kemudian akan terjadi proses osifikasi secara Endochondral dan membranous. Trabeculae terbentuk di celah patahan, yang menghubungkan kedua ujung patahan, disebut callus. Ossifikasi berlangsung terus, sampai semua celah tersebut terisi kembali dengan bahan tulang.
Dalam rangka menyembuhkan patah tulang biasanya dilakukan penekanan dari luar, biasanya berupa bilah papan. Hal tersebut akan menolong remodeling callus sehingga kedua tepi patahan bertaut dengan rata oleh callus. Pada tahap akhir, callus akan diresap dan diganti oleh tulang lamella.

Tulang rawan
Tulang rawan sulit beregenerasi setelah dewasa. Biasanya hasil regenerasi tersebut tidak sempurna seperti semula. Seperti halnya dengan penyembuhan patah tulang, di sisi sel-sel fibroblast dari perichondrium masuk patahan dan menghasilkan jaringan tulang rawan disitu. Jika terjadi kerusakan tulang rawan yang besar, maka sel fibroblast di tempat patahan akan membentuk jaringan ikat rapat.


Otot
Otot jantung pada orang dewasa tidak dapat beregenerasi. Jika terjadi kerusakan (seperti infarct jantung), bekas otot yang rusak ditempati jaringan ikat berupa parut. Pada otot lurik, regenerasi dilakukan oleh sel satelit yang terletak bersebar di lamina basalis yang menyelaputi serat otot. Ketika terjadi kerusakan, sel-sel satelit sekitar kerusakan tersebut akan aktif dan berproliferasi, membentuk sel-sel otot lurik baru. Otot polos dapat beregenerasi sendiri dengan melakukan mitosis berulang-ulang untuk menggantikan bagian yang rusak.

Saraf
Serat saraf tepi yang putus dapat beregenerasi, asalkan perikaryon (soma neuron) tidak ikut rusak. Jika urat saraf terpotong, bagian ujung yang lepas dari perikaryon akan berdegerasi dan debrisnya diphagocytisis makrofag. Bagian pangkal yang berhubungan dengan perikaryon tetap bertahan dan akan beregenerasi.
Proses yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Chromatolysis, yakni melarutnya badan Nissl
2. Perikaryon membesar.
3. Inti berpindah ke tepi
4. Bagian ujung akson yang dekat luka berdegenerasi sedikit, lalu tumbuh lagi.
5. Di ujung akson yang putus, setelah semua hancur dan dibersihkan makrofag, sel Schwann berproliferasi membentuk batang sel-sel. Bagian proximal akson kemudian tumbuh dan bercabang-cabang mengikuti batang sel-sel Schwann ke bagian distal, sehingga mencapai alat effector (otot, kelenjar).
Jika jarak antara proksimal dengan distal yang putus jauh sekali dan batang sel-sel Schwann tak mencapai ujung bagian proksimal itu, ujung proksimal yang tumbuh tak sampai ke alat effector. Terbentuk gumpalan serabut saraf lepas di bawah kulit bekas luka atau amputasi, yang akan terasa sangat nyeri. Oleh karena itu, kehadiran sel-sel Schwann di bagian effector sangat perlu untuk mengarahkan atau jadi pedoman bagi axon untuk tumbuh.
Jika neuron yang putus jaraknya terlalu dekat dengan bagian perikaryon, tidak aka nada reaksi sel-sel Schwann di bagian effector dan perikaryon lama-kelamaan akan mati.
Neuroglia, termasuk sel Schwann, dapat beregenerasi dengan melakukan mitosis. Celah-celah bekas tempat neuron yang rusak dan hancur di saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang), misalnya karena penyakit atau kerusakan lain, akan diisi lagi oleh neuroglia, bukan oleh neuron baru.
Hati
Daya regenerasi hati cukup tinggi. Pada tikus, 2/3 belahan hati dapat diangkat, dan beberapa hari kemudian akan tumbuh lagi sampai sebesar semula. Jika hati terkontaminasi zat kimia yang sifatnya meracun sel-selnya, seperti hidrokarbon berchlor atau karena saluran empedu tersumbat, sebagian belahan hati dapat rusak. Yang rusak ini dapat diperbaiki lagi. Sel-sel epitel pelapis saluran empedu dalam hati dapat ikut bermitosis untuk menumbuhkan saluran-saluran baru bagi bagian yang sedang beregenerasi. Semakin lanjut umur seseorang, maka daya regenerasi hati akan semakin susut atau berkurang.
Pancreas
Daya regenerasi pancreas sangat rendah. Jika segumpal pancreas rusak dan lepas, regenerasi tidak akan dapat mengembalikan alat tersebut seperti semula, hanya terjadi perbaikan di daerah pinggir yang sangat tipis. Gumpalan yang hilang tadi tidak akan terganti. Tapi jika sebagian kecil saja yang rusak, dapat terjadi regenerasi pada saluran danpulau Langerhans, sedangkan regenerasi pada kelenjar acini sangat rendah dan sedikit.

Yang terngiang... Menggugah dan Hidup

Yang terngiang... menggugah dan hidup.
573 hari aku menikmati segala kejenuhan Jember ini.
Lama sekali ku merindukan suara itu… senyum ceria itu.
Sejak kutanggalkan seragam putih biru itu, belum pernah sekalipun ku bertemu dengan jiwa pemilik suara dan senyum itu di alam nyata.
Yach… jauh sebelum ku tanggalkan seragam putih biru itu, jauh sebelum ku bersiap menghadapi hari tanpa ampun itu… jiwa itu t’lah lebih dulu meninggalkan gedung bercat krem yang selalu tampak bergengsi itu.
“Berarti kamu orang berprinsip!” aku masih mengingat dengan jelas, apa yang pernah diucapkannya padaku suatu sore. Aku juga masih ingat bahwa aku hanya bisa menjawab apa yang dikatakannya itu dengan air mata. Ahh… aku terlalu cengeng, untuk orang sekuat dia. Di depannya, aku bagai seberkas debu yang siap terhempas, hanya menunggu angin berhembus saja. Sosok itu begitu kuat, hingga kutanya Tuhan kenapa menciptanya sekokoh itu.
“Aku mendekat dengan berjalan, dia mendekat dengan berlari. Siapakah dia??” tanyanya padaku suatu pagi, sesaat setelah ku mengikuti rangkaian kegiatan Ramadhan di sekolah itu. Aku diam sejenak, aku tak mau salah menjawab, paling tidak… lebih baik aku diam bila tak mampu menjawab dengan logis. Dia bukan sembarang orang yang bisa ditaklukkan dengan setumpuk argument. Dia orang yang berbeda. Dia bukan ketua OSIS atau mantan ketua OSIS yang bisa saja ditaklukkan dengan sekali serang kata.
“Tuhan!” jawabku mantap…beberapa menit kemudian.
“Kamu yakin?” tanyanya sambil beralih pandang dari sebuah buku yang dibacanya ke arahku.
Aku mengangguk mantap. Hanya keyakinan yang membuat aku berani menjawab pertanyaannya. Teori… ahhh, tau apa aku soal teori daripada dia? Dia lebih tau dari aku. Lebih banyak tau. Andai saja dia bukan manusia yang sama sepertiku, mungkin aku sudah percaya bahwa dia juga tau kapan kematianku.
Dia menatapku penuh selidik. Aku tanggap. Dia memintaku berargumen.
“Aku selalu kalah cepat untuk merangkul Tuhan, sementara Dia tidak pernah melepaskanku dalam dekapan-Nya.” Aku tersenyum. Apa lagi yang bisa ku katakan? Tidak perlu mengulang dan menambah kalimat kalau artinya tetep sama.
Kulihat dia tersenyum, senyum yang selalu aku rindukan. Dia mengangguk dan mengacak rambutku. Upss!!! Maksudku jilbabku, kebetulan masih mengikuti kegiatan Ramadhan, aku mengenakan jilbab.
Lega rasanya, ku yakin jawabanku benar! Sebagai bukti keyakinanku, dia menjelaskannya panjang lebar, lebih detail daripada jawabanku. Dan satu hal, “tidak pernah ada cinta lain yang lebih besar, selain cinta Tuhan pada kita!”, katanya.
Pertanyaan kedua, masih dalam kesempatan dan tempat yang sama, “Bertahanlah jika itu benar. Tapi terimalah kebenaran walau itu pahit. Bisa kamu deskripsikan??” dia nggak pernah kehabisan pikiran. Tuhan, hidup seperti apakah yang mencetaknya menjadi orang seperti dia? Tunjukkan padaku, aku juga ingin menikmatinya.
Deskripsi? Aduh, ini bukan soal ngomong, tapi soal kepahaman. Ngomong boleh aja, tapi tanggung jawab dari sebuah omongan?? Aku memberanikan diri menjawab, “keyakinan membentuk sebuah kekuatan dalam diri manusia, membuatnya bertahan dan harus bertahan, demi suatu keyakinan, apapun yang diyakininya, kebenaran atau bahkan kesalahan. Tapi satu hal, ketika sesuatu yang kita yakini itu salah, manusia yang baik adalah manusia yang menerima, walau itu pahit.” Upps! Aku hanya bisa menjawab dengan kata-kata itu. Tak ada lagi uneg-uneg di otakku. Semua udah kukeluarkan.
Lagi-lagi dia tersenyum. “Manusia tidak boleh egois. Intinya hanya itu!”
Bel berbunyi! Diam-diam aku merasa sebel. Setidaknya aku sedang konsentrasi penuh untuk mendengar semua omongannya. Tapi waktu…. Ahhh, lagi-lagi waktu yang membuatku harus meninggalkan ruangan itu.
Waktu memang begitu cepat berlalu, semua bisa berubah. Tapi satu hal, tak ada yang membuatku merubah posisinya di hatiku. Masih ku ingat semuanya.
“Kenapa harus ragu? Pemimpin itu dipilih karena dia memiliki kelebihan daripada lainnya. Dia mampu memberikan pengaruh dan melindungi orang-orang di sekitarnya.” Katanya, saat aku tertunduk lesu menghadapi kenyataan nilai tes kepemimpinan yang kuikuti dalam rangkaian seleksi pengurus OSIS baru, berada di urutan tertinggi. “Kamu tidak mendapatkannya secara kebetulan, semua karena apa yang kamu lakukan.” Aku tau, apa yang diucapkannya adalah benar. Dan semua yang diucapkannya adalah untuk memberiku semangat untuk berjuang. Bukan menyombongkan diri, aku memang bukan orang yang suka menelantarkan tanggung jawab. Semua tugas, aku berupaya menyelesaikannya atau menolak jika dirasa tidak sanggup melakukannya. Itu juga yang ku lakukan dalam menyelesaikan semua tanggung jawab kepengurusanku di OSIS. Yach..dia benar, tidak ada yang kebetulan. Manusia akan mendapatkan hasil dari setiap apa yang dilakukannya, setiap bagaimana yang dipikirkannya. Tapi, bukan untuk itu aku melakukan semuanya. Aku hanya ingin meyakini diriku, bahwa aku hidup. Dan hidup adalah berbuat.
Dengan segenap perhatian, ku dengarkan baik-baik setiap kata yang diucapkannya padaku. Yach… tidak ada penyerahan. “Hidup harus tetap dilanjutkan. Hidup tidak boleh egois. Ada banyak orang di sekitar kita, yang juga berhak hidup dan membutuhkan kita menjadi tangan-tangan panjangnya_bukan untuk mencuri, tapi untuk tiba di garis finish. Hidup harus tetap dihadapi. Ada banyak orang_entah di belahan bumi mana_sedang berjuang mempertahankan hidupnya, berjuang sekuat tenaga, bahkan sempat merelakan beberapa detik hingga jam hidupnya untuk melakukan suatu upaya mempertahankan hidup, kenapa kamu yang nggak perlu mengorbankan apapun harus menyerah??? Waktu?? Ah, manusia selalu berpikir jika waktunya habis untuk orang lain, tapi pernahkah ia berpikir bagaimana dengan orang lain yang waktunya harus habis untuk dirinya? Hidup ini untuk orang lain!! Jangan egois dengan hanya memikirkan diri sendiri.”
Yach… dia benar! Lagi-lagi aku harus mengakui bahwa aku terlalu banyak berpikir tentang keuntungan terhadap diriku sendiri. Apa yang ku alami beberapa bulan sebelumnya memang sempat membuatku berpikir ulang untuk tetap aktif di OSIS di kepengurusan yang baru. Aku sudah cukup menelan kegagalan akademik, nilai raporku pernah turun drastis. Bahkan aku pernah menolak menjadi salah satu peserta olimpiade biologi hanya karena takut tidak konsentrasi. Tapi, akhirnya aku berpikir bahwa itu bukan kegagalan, itu adalah sebuah proses untuk mewujudkan tanggung jawab. Untuk apa mengejar prestise dengan menjadi peserta suatu even bergengsi itu jika harus mengorbankan semua kegiatan yang pernah membuatku nyaman dan senang, OSIS, Jurnalistik, KIR, Teater dan PMR. Semua nggak mungkin aku tinggalkan. Aku terlanjur menikmatinya.
Aku pun percaya sarannya, aku melanjutkan untuk berjuang, di jalan yang membuatku nyaman, selain di jalan tanggung jawab awalku, sekolah. Aku mengikuti sarannya, aku kembali ke OSIS. Tentu saja, tanpa minat menjadi ketua, sekalipun aku akhirnya dicalonkan.
Tapi, “lakukan apa yang menurutmu benar!”
Aku menghancurkan kampanyeku sendiri dengan misi Mading Wajib, yach…aku tergila-gila untuk mengembangkan Mading sekolahku lagi. Aku tidak mau dianggap pecundang, lebih baik aku kalah di medan laga daripada menyerah sebelum laga. Bukankah pahlawan ditetapkan sebelum peperangan?? (Yach… sekalipun kekalahan itu sendiri aku yang menciptakan). Itu yang aku lakukan saat kampanye calon ketua OSIS. Aku tidak ingin menjadi seorang ketua OSIS, tapi aku tentu saja tidak bisa mengatakannya, aku tidak ingin mereka yang mendukungku kecewa. (sekalipun mereka akhirnya benar-benar kecewa, bukan karena kegagalanku, tapi karena aku menyebabkan kegagalan itu datang). Aku harus membuktikan, bahwa aku berkuasa atas diriku. Aku bisa melakukan apa pun yang kuanggap benar. Itu saja!!
Tidak seperti yang lain, dia diam saja. Aku yakin dia sudah membaca pikiranku dan tau alasan kenapa aku melakukan kebodohan itu, yang membuat gendering perang dengan ketua OSIS terpilih akhirnya ditabuh. Perang itu bukan karena kegagalanku dan juga bukan karena kemenangan Ketos baru tersebut. Tapi justru kekalahanku membawa keberuntungan tersendiri, aku semakin dekat dengan senior dan juga juniorku. Tentu saja ini bertolak belakang dengan ketua OSIS terpilih.
Kembali ke memoar tentang dia. “Dimana posisi seorang penjudi?” Ucapnya padaku suatu hari, waktu itu ku dan dia sedang sibuk-sibuknya menyiapkan Gebyar Seni di sekolah kami.
Aku tidak bisa mejawab dengan rentetan kata-kata. “Tidak adanya standar baik dan buruk juga berlaku pada penjudi. Menurutku, salah atau benar penjudi atau berjudi tergantung dari tujuannya. Jadi, kadang posisi judi berada pada posisi benar, kadang juga bisa salah.”
“Penjudi itu berada pada posisi netral!” Singkat!
Aku diam saja. Selain capek karena seharian ngurusi banyak hal, aku juga nggak tau harus ngomomg apa lagi. Aku selalu merasa betah dengan semua yang diomongkannya. Semuanya mampu menyentuh hati.
Dimana pun, terutama saat aku sedang suntuk, sesuatu yang sering membangunkan semangatku adalah apa yang pernah diucapkannya beberapa tahun silam, “manusia tidak diciptakan untuk meragukan diri!”
Sering aku merasa beitu merindukannya, sering aku merasa ingin sekali mendengarkan semua serpihan embun nasihatnya. Tapi jarak dan waktu jualah yang tidak memungkinkan. Aku sibuk dengan kuliah dan serangkaian kegiatan yang kuyakini membuatku betah di Jember ini, sementara dia pasti sangat sibuk. Ku dengar dari beberapa temen maupun seniorku, katanya dia sekarang sibuk berbisnis.
Aku bersyukur, kemarin sempat mendengar suara dan tawanya lewat telepon. Aku sengaja meneleponnya. Aku ingin tau kabarnya. Untunglah, sekalipun sebenarnya aku telah ikut menambahi kesibukannya, aku bisa berbicara kurang lebih 18 menit. Sangat singkat untuk oeang yang ketiban rindu sangat berat sepertiku.
Sangat singkat memang, tapi aku sudah mendapatkan banyak hal dari percakapan singkat itu. Setidaknya, nol koma sekian persen rinduku bisa terobati. Lebih dari itu aku juga mendapatkan pemahaman lebih banyak tentang hidup, profesionalisme, kejujuran, kesabaran, loyalitas dan juga cinta kasih. Itulah Mas Nuradilah! Hidupnya selalu penuh dengan semangat, keberanian dan ketekunan. Tidak pernah ada penyerahan. Dialah kakakku sejak SMA dulu. Benar apa yang dikatakan oleh orang tuaku, “kamu memang tidak diciptakan lahir dengan memiliki saudara kandung, tapi di luar sana Tuhan telah menciptakan saudara dimanapun kamu berpijak di bumi ini.” Dan Mas Nur salah satunya.
“Ngapain baca buku, bacalah dunia! Lebih luas, lebih bermakna.”, Salah satu ucapan Mas Nur dari seberang sana, tentu saja dengan senyum tawa ciri khasnya.
“Iya, Mas. Tapi masih terlalu banyak abjad dan kata yang belum bisa kueja dengan baik dan benar di dunia ini.” Ucapku dengan mata berkaca. Tentu saja Mas Nur tidak mungkin melihat arak-arakan air mata yang mulai mengembang. Tapi aku yakin dia disana sedang tersenyum dengan begitu tulusnya.
Mas Nur, maafin Senja. Senja tau, Mas tidak pernah ingin melihat Senja yang selemah ini. Senja yakin, Mas pasti kecewa jika tau bahwa Senja telah banyak melakukan penyerahan.
Tapi satu hal, Mas Nur adalah kakak yang tak tergantikan. Sekarang, Senja akan kembali bangkit. Hidup harus tetap diperjuangkan.
Manusia tidak diciptakan untuk meragukan diri.

Mas Nur... kakak yang tak tergantikan.