semburat jingga

semburat jingga
tenggelam.... kembali

Minggu, 28 Februari 2010

Jurnalistik di sekolah

Jurnalisme adalah bidang disiplin dalam mengumpulkan, memastikan, melaporkan, dan menganalisis informasi yang dikumpulkan mengenai kejadian sekarang, termasuk tren, masalah, dan tokoh. Orang yang mempraktekkan kegiatan jurnalistik disebut jurnalis atau wartawan.
Bambang Trimansyah mengatakan jurnalistik bisa diartikan sebagai kegiatan pencatatan atau pelaporan dan penyebaran berita tentang kejadian sehari-hari.
Di Indonesia, istilah jurnalisme dulu dikenal dengan publisistik. Dua istilah ini tadinya biasa dipertukarkan, hanya berbeda asalnyaSeiring waktu, istilah jurnalistik muncul dari Amerika Serikat dan menggantikan publisistik dengan jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas Ilmu Komunikasi.
Kegiatan jurnalisme diatur oleh Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers.
Ruang lingkup jurnalistik sama saja dengan ruang lingkup pers. Dalam garis besar jurnalistik Palapah dan Syamsudin dalam diktat membagi ruang lingkup jurnalistik ke dalam dua bagian, yaitu : news dan views (Diktat “Dasar-dasar Jurnalistik”). News dapat dibagi menjadi menjadi dua bagian besar, yaitu :
1. Stainght news, yang terdiri dari:
a. Matter of fact news
b. Interpretative report
c. Reportage
2. Feature news, yang terdiri dari :
a. Human interest features
b. Historical features
c. Biographical and persomality features
d. Travel features
e. Scientifict features
Views dapat dibagi kedalam beberapa bagian yaitu :
1. Editorial
2. Special article
3. Colomum
4. Feature article
Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.
Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.
Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih.
Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Indepen yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.
Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.
Wartawan atau jurnalis adalah seorang yang melakukan jurnalisme, yaitu orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dikirimkan/ dimuat di media massa secara teratur. Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet. Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya; dan mereka diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.
Jurnalistik atau jurnalisme, menurut Luwi Ishwara (2005), mempunyai ciri-ciri yang penting untuk kita perhatikan.
a. Skeptis
Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif.
b. Bertindak (action)
Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan.
c. Berubah
Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.
d. Seni dan Profesi
Wartawan melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik.
e. Peran Pers
Pers sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, pers juga harus berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi.

Langkah-langkah untuk interview jurnalistik
Wawancara atau interview merupakan kemampuan dasar jurnalistik yang sangat penting. Wawancara bagi televisi atau radio merupakan bagian dari “show” sehingga tidak terpisahkan dari kinerja media. Kemampuan wawancara jurnalistik ini dapat disaksikan langsung dan seberapa jauh kualitas wawancara dapat disaksikan langsung.
Di sejumlah negara acara wawancara ini bahkan menjadi pertunjukan tersendiri yang sangat penting dan ditunggu-tunggu. Para pewawancara yang sering disebut Talk Show jadi acara menarik.
1. Decide whom to interview
Penting sekali menentukan siapa yang akan Anda wawancara dalam sebuah kasus atau peristiwa. Misalnya siapa yang langsung terlibat dalam peristiwa itu? Siapa yang terkena akibat dari peristiwa itu (misalnya penggusuran)? Siapa yang bertanggung jawab atas kejadian peristiwa itu (misalnya jatuhnya pesawat Adam Air)
2. Persuade reluctant sources
Nara sumber wawancara seharusnya dapat dibujuk untuk memberikan keterangan. Ada beberapa alasan mengapa mereka tidak mau bicara.
a. Mereka tidak memiliki waktu. Maka tawarkan tempat dan waktu yang nyaman bagi mereka. Kita akan datang ke tempat mereka dan kita akan membatasi waktu wawancara.
b. Mereka takut memberikan keterangan. Jelaskan apa yang Anda inginkan. Jelaskan mengapa keterangan mereka itu penting. Kalau mereka takut memberikan wawancara, jangan buat kata-kata “wawancara”, buatlah istilah mau bicara atau ngobrol.
c. Mereka tidak tahun apa yang dikatakan. Mungkin Anda memilih sumber yang salah atau mungkin tidak jelas mengenai apa keinginan Anda. Jelaskan apa yang diinginkan. Mengenai wawancara dengan anak-anak perhatikan unsur-unsur hukum dan etika.
d. Mereka dilindungi. Nara sumber penting ini kadang-kadang terhalang oleh sekretaris, orang humas atau ajuan. Jika memungkinkan tulislah surat permohonan langsung. Atau telepon mereka sesudah bekerja. Jika ada kesempatan menyaksikan mereka bermain olahraga, datangi dengan sopan, siapa tahu bisa. Atau bisa juga didatangi ketika hadir dalam sebuah acara.
3. Prepare for interviews
Adakan penelitian kecil-kecilan mengenai orang yang akan dihadapi. Tanyakan kepada orang lain mengenai nara sumber itu, baca pula tulisan mengenai dirinya. Jika Anda berhadapan dengan orang terkenal, jangan ajukan pertanyaan sama seperti jurnalis lainnya. Ajukan dengan cara dan pandang yang baru. Gunakan pula kekuatan internet untuk menggali data atau bicara dengan rekan jurnalis lainnya.
Selain mengkaji orang yang akan didatangi, Anda juga sebaiknya meneliti topik yang akan dijadikan wawancara. Pengetahuan yang cukup mengenai topik wawancara akan memberi Anda kredibilitas dimata nara sumber. Semakin banyak diketahui topik yang akan dibicarakan, semakin baik liputannya.
4. Know your purpose
Ketahuilah tujuan Anda sebenarnya wawancara itu. Apakah Anda menginginkan wawancara untuk mendapatkan informasi faktual atau apakah Anda ingin hanya reaksi dan tanggapan terhadap situasi tertentu. Bisa pula tujuan wawancara itu untuk mendapatkan pengertian mendalam mengenais seseorang. Tujuan wawancara ini akan memudahkan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan.

Berita
Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, Internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak. Laporan berita merupakan tugas profesi wartawan. Banyak kota besar memiliki surat kabar pagi dan petang. Stasiun televisi biasanya memiliki acara berita atau menayangkan berita sepanjang waktu. Kebutuhan akan berita diamati dalam berbagai masyarakat, baik yang melek huruf maupun yang buta huruf.

Anatomi Berita dan Unsur-Unsur
Seperti tubuh kita, berita juga mempunyai bagian-bagian sebagai berikut.
1. Judul atau kepala berita (headline).
2. Baris tanggal (dateline).
3. Teras berita (lead atau intro).
4. Tubuh berita (body).
Bagian-bagian di atas tersusun secara terpadu dalam sebuah berita. Susunan yang paling sering didengar ialah susunan piramida terbalik. Metode ini lebih menonjolkan inti berita saja. Tujuannya adalah untuk memudahkan atau mempercepat pembaca dalam mengetahui apa yang diberitakan; juga untuk memudahkan para redaktur memotong bagian tidak/kurang penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita (Budiman 2005). Dengan senantiasa meminimalkan aspek nonfaktual yang pada kecenderuangan akan menjadi sebuah opini. Untuk itu, sebuah berita harus memuat "fakta" yang di dalamnya terkandung unsur-unsur 5W + 1H. Hal ini senada dengan apa yang dimaksudkan oleh Lasswell, salah seorang pakar komunikasi (Masri Sareb 2006: 38).
1. Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
2. What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
3. Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
4. Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
5. When - kapan terjadinya?
6. How - bagaimana terjadinya?

Sumber Berita
Hal penting lain yang dibutuhkan dalam sebuah proses jurnalistik adalah pada sumber berita. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informasi, sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2005: 67) berikut ini.
1. Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita.
2. Proses wawancara.
3. Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.
4. Partisipasi dalam peristiwa.
Yang diperlukan untuk masuk dalam dunia jurnalistik meliputi hal-hal berikut:
• Minat
• Skill
• Tindakan (bertindak menuju dunia jurnalistik dengan banyak menulis). Identifikasi minat.

Pers Siswa
1. Seperti halnya pers pada umumnya, tidak ada perbedaan menonjol, kecuali pada managemen kelembagaan dan penyiarannya.
2. Pers siswa lebih menonjolkan karakteistik siswa dan dunianya.
3. Cakupannya lebih sempit dari pers umum (pers komersil)
4. Eksistensinya berkaitan dengan komunitas ruang lingkupnya.

Di sekolah, kegiatan jurnalistik, biasanya disalurkan lewat ekstrakulikuler dalam bentuk mading (majalah dinding). Mading merupakan wadah pengenalan jurnalistik sederhana di sekolah. Kegiatan jurnalistik sekolah biasanya mencakup aktivitas siswa-siswi dan guru-guru, baik di dalam sekolah maupun luar sekolah.
oleh Senja (dari segala sumber)

1 komentar:

bangjlimz mengatakan...

BOLEHLAH... ni blog